MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Kegiatan Wisuda di MI Bandung Sukorejo Gandusari Trenggalek.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Kegiatan Upacara Bendera yang diadakan setiap hari Senin.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Belajar bersukur dengan kebersamaan.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Selamat bekerja anak anak laksanakan tugasmu sesuai fungsimu sebagai pelajar dan pembelajar, tak perlu risau tak perlu mencari kerjaan lain diluar tugas mu.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Semakin banyak belajar semakin banyak yang diingat dan semakin sedikit belajar semakin sedikit yang diingat, bukan semakin banyak belajar semakin banyak yang di lupakan dan semakin sedikit belajar semakin sedikit yang lupa, ngono yo ngono neng yo ojo ngono

Selasa, 31 Oktober 2017

SUMBER BELAJAR, BUKU TEKS DALAM PEMBELAJARAN IPS,

SUMBER BELAJAR, BUKU TEKS DALAM PEMBELAJARAN IPS,


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Agar  para  siswa  di  SD  bisa  belajar  dengan  baik  pada  pendidikan  IPS  maka diperlukan  sumber  belajar.  Sumber  belajar  itu  beragam  jenisnya.  Ada  sumber  belajar cetak,  sumber  belajar  elektronik  dan  sumber  belajar  dari  lingkungan  sosial  tempat  para siswa berada. Bahan cetak seperti buku pelajaran, majalah, koran, serta bahan elektronik seperti radio, TV, dan internet dapat  dipakai sebagai sarana bantu  agar para  siswa dapat memperoleh  pengetahuan  yang  diperlukan.  Agar  sumber  tersebut  benar-benar  dapat digunakan dengan baik  maka diperlukan ketrampilan dalam memperoleh, membaca dan menggunakannya.
Bahan  cetak  bisa  berfungsi  sebagai  sumber  belajar  apabila  para  siswa  memiliki ketrampilan  dalam  membaca.  Melatih  para  siswa cara  menggunakan  sumber  belajar adalah  sama  pentingnya  dengan  melatih  dan  mengembangkan  pengetahuan  mengenai materi  pembelajaran  IPS  di  SD. 
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sumber belajar, buku teks dalam pembelajaran IPS, mulai dari pengertian buku teks, manfaat nuku teks,  kriteria buku teks, sampai kelebihan dan kelemahan buku teks.

B.     Rumusan masalah
  1. Bagaimana pengertian sumber belajar?
  2. Bagaimana pengertian buku teks?
  3. Bagaimana buku teks sebagai sumber belajar IPS?
  4. Apa kelebihan dan kekurangan buku teks?

C.     Tujuan
  1. Memahami pengertian sumber belajar
  2. Memahami pengertian buku teks
  3. Memahami buku teks sebagai sumber belajar IPS
  4. Memahami kelebihan dan kekurangan buku teks
1
 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sumber Belajar
Dalam proses pembelajaran terdapat suatu interaksi yang  berkesinambungan antara komponen-komponen pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran itu adalah sumber belajar. AECT (Association For  Educational  Communication Technologi) mendefinisikan sumber belajar adalah semua sumber baik yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang  dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun  secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan  belajar.[1]
Sumber belajar dapat diartikan sebagai informasi yang disajikan dan  disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membatu siswa dalam  belajar sebagai perwujudan dari kurikul um. Bentuknya tidak terbatas apakah  dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari  berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa maupun guru[2]
Pada dasarnya sumber belajar dapat memberikan informasi kepada  guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sumber belajar yang disajikan secara menarik dapat pula menimbulkan rasa ingin tahu kepada siswa. Jadi apapun benda yang digunakan baik berupa data, cetakan/buku, video, orang, yang hakikatnya dapat mempermudah proses pembelajaran itu merupakan sumber belajar serta penggunaan berbagai sumber belajar dapat memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar dan dapat mempercepat pemahaman serta penguasaan pada bidang keilmuan tertentu.

B.     Buku Teks

 
Buku  teks adalah  buku  pelajaran  dalam  bidang  studi  tertentu,  yang merupakan  buku standar,  yang  disusun  oleh  para  pakar  dalam  bidang  itu untuk maksud-maksud  dan  tujuan instruksional,  yang  diperlengkapi  dengan  sarana-sarana  pengajaran  yang  serasi  dan  mudah  dipahami  oleh  para  pemakainya  di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.[3]
Berdasar  pendapat  tersebut,  buku teks  digunakan  untuk  mata  pelajaran  tertentu.  Penggunaan  buku  teks  tersebut didasarkan  pada  tujuan  pembelajaran  yang  mengacu  pada  kurikulum.  Selain menggunakan  buku  teks,  pengajar  dapat  menggunakan  sarana-sarana  ataupun teknik  yang  sesuai  dengan  tujuan  yang  sudah  dibuat  sebelumnya. Penggunaan yang  memadukan  buku  teks,  teknik  serta  sarana  lain  ditujukan  untuk mempermudah  pemakai  buku  teks  terutama  peserta  didik  dalam  memahami materi
Manfaat buku teks antara lain:
1.      Meningkatkan perhatian dan motivasi belajar,
2.      Memberikan variasi dalam belajar,
3.      Memberikan struktur yang memudahkan belajar,
4.      Menyajikan inti informasi belajar,
5.      Memberikan contoh-contoh yang lebih kongkret,
6.      Merangsang berpikir analisis,
7.      Memberikan situasi belajar yang tanpa tekanan
Fungsi dan peranan buku teks adalah:
1.      Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan,
2.      Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan dimana keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya,
3.      Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampila-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi,
4.      Metode da sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya harus menarik, menantang, merangsang, bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari buku teks tersebut,
5.      Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis,
6.      Di sampin sebagai sumber bahan buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan tepat guna.[4]
Fungsi buku teks bagi guru adalah sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang harus diajarkan atau dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan ajar, mengetahui teknik dan metode pengajaranya, memperoleh bahan ajar secara mudah, mdan menggunaknya sebagai alat pembelajaran siswa di dalam atau diluar sekolah.
Fungsi buku teks bagi siswa adalah sebagi sarana kepastian tentang apa yang ia pelajari, alat kontrol untuk mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh ia telah menguasai materi pelajaran, alat belajar (di luar kelas buku teks berfungsi sebagai guru) di mana ia dapat menemukan petunjuk, teori, maupun konsep danbahan-bahan latihan atau evaluasi.
Buku teks yang baik adalah buku teks yang relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Kualitas buku teks dapat dilihat dari sudut pandangan (point of view), kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum, menarik minat siswa, menumbuhkan motivasi, menstimulasi aktivitas siswa, ilustratif, buku teks harus dimengerti oleh siswa, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, serta memantapkan nilai-nilai.[5]


Butir-butir yang harus dipenuhi oleh suatu buku teks yang tergolong dalam kategori berkualitas tinggi ialah:[6]
1.      Buku teks harus menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang mempergunakannya.
2.      Buku teks harus mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya.
3.      Buku teks harus memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya.
4.      Buku teks seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
5.      Buku teks isinya harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana, sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
6.      Buku teks harus dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya.
7.      Buku teks harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya.
8.      Buku teks harus mempunyai sudut pandangan atau point of view yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia.
9.      Buku teks harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
10.  Buku teks harus dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pemakainya.



C.     Buku Teks Sebagai Sumber Belajar IPS
Buku teks IPS yang antara lain berbentuk buku pelajaran yang beredar di sekolah-sekolah dasar merupakan sumber utama  yang selama ini digunakan oleh guru-guru IPS di SD untuk mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Buku-buku yang diterbitkan oleh berbagai penerbit itu selalu mencantumkan kata-kata “sesuai dengan kurikulum yang berlaku”. Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  memang  buku-buku  tersebut  merupakan sumber  utama  bagi  siswa  yang  sesuai  dengan  tuntutan  kurikuler.
Walaupun  memiliki  keterbatasan  jumlah  halaman  dan  serta  informasi  yang diperlukan siswa, buku teks IPS SD sangat bermanfaat sebagai sumber belajar bagi siswa. Melalui  buku  teks  para  siswa  akan  diperkenalkan  dengan  ceritera,  data  dan  fakta-fakta yang diperlukan guna meningkatkan pemahamannya dalam belajar IPS. Oleh karena itu, diperlukan  upaya  guru  untuk  melatih  para  siswa  ketrampilan  membaca  serta menggunakannya  sebagai  sumber  belajar.  Melalui  kegiatan  tersebut  para  siswa  dapat memberdayakan  dirinya  dengan  informasi  yang  mereka peroleh  dari  buku  tersebut. Selain  itu,  para  siswa  juga  dapat  dibekali  dengan  pertanyaan-pertanyaan  kritis,  yang membuat  mereka  belajar  dan  memproduksi  pengetahuan baru  melalui  buku  teks  yang dibacanya.,  seperti  yang  terlihat dalam rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) setiap mata pelajaran.
Beberapa sekolah dasar di berbagai daerah di  Indonesia  diperoleh  informasi  bahwa  masih  banyak  guru  IPS  SD  yang  kurang memanfaatkan  buku  teks  IPS  SD  secara  maksimal  dalam  proses  pembelajaran  di  kelas. Buku-buku tersebut lebih banyak berfungsi sebagai alat bantu siswa dalam mengerjakan tugas  di  rumah  (PR, Pekerjaan  Rumah),  menyiapkan  ulangan  akhir  program  dan  akhir semester,  serta  evaluasi  belajar  tahap  akhir.  Dalam  proses  pembelajaran,  guru  IPS  SD masih  membelenggu  dirinya  dengan  cara  menempatkan  mereka  sebagai  penyampai materi pelajaran.[7]
Guru-guru  IPS  SD  masih  sering  memilih  membacakan  atau  menceramahkan  isi buku teks kembali kepada para siswa, walaupun relatif semua siswa telah memiliki buku-buku  yang  dianjurkannya.  Cara  pengajaran  seperti  ini  –  apabila  tidak  didasarkan  atas keterampilan  bernarasi  dengan  baik  –  bukan  saja  guru  menjadi  kecapaian  karena  harus bicara terus-menerus dalam setiap tatap muka, melainkan juga siswa akan menjadi bosan karena  isi  ceritera/ceramah  tersebut  sama  saja  dengan  isi  buku  teks  yang  dimiliki  oleh mereka.  Sedangkan,  dengan  memfasilitasi  siswa  dengan  keterampilan  membaca,  siswa dapat diberdayakan dalam hal memperoleh, mengolah, dan memproduksi informasi yang merupakan aspek penting untuk membuat keputusan, memecahkan masalah, dan menjadi calon warganegara siap berperan aktif dalam kehidupan di masyarakat.[8]
Keterampilan  membaca  merupakan  aspek  yang  penting  dalam  memperoleh informasi  dari  teks  bacaan.  Keterampilan  tersebut  harus  dapat  dikembangkan  dalam proses pembelajaran di kelas. Ketika guru IPS di SD menganjurkan para siswanya untuk memperoleh  informasi  tertentu  dari  buku  teks  yang  dibacanya,  maka  mereka  harus dibekali  terlebih  dahulu  keterampilan  untuk  memperoleh  informasi  tersebut.  Dalam  hal ini  Garvey  and  Krug menawarkan  lima  jenis  keterampilan  yang  terkait  dengan memperoleh informasi dari buku teks sebagai berikut:
  1. keterampilan merujuk (refference skill), yang terkait dengan keterampilan menemukan informasi melalui daftar isi, bab, sub-bab, indeks, dan lain-lain.
  2. Keterampilan  pemahaman  (comprehension  skill),  di  mana  siswa  perlu dibekali dengan keterampilan untuk memahami isi buku teks, teks tertulis, kata dan prase, hubungan  antar  gagasan,  diagram,  peta,  dan  lain-lain.  Keterampilan-keterampilan tersebut dapat meningkatkan pemahaman.
  3. Keterampilan  menganalisis  dan  mengkritisi (analytical  and  critical  skill). Keterampilan  ini  terkait  dengan  keterampilan  bertanya,  dan  karenanya  para  siswa  perlu dibekali keterampilan membaca dan bertanya untuk melihat aspek atau masalah tertentu. Dalam  hal  ini  guru  IPS  SD  perlu  membekali  siswa  dengan  keterampilan  secara intelegensi  dan  mental  untuk  melakukan  kategorisasi  isi  bacaan  serta  melakukan  kritik terhadap isi bacaan. 
  4. Keterampilan  mengembangkan  imajinasi  (imaginative  skill). Keterampilan  yang  sangat  erat  kaitannya  dengan  pelajaran  IPS  ini  harus  dapat dikembangkan  dalam  proses  pembelajaran  di  kelas.  Buku  teks  IPS  yang  baik  dapat dipilih  oleh  guru  untuk  meningkatkan  keterampilan  imajinasi  siswa  yang  terkait  dengan peristiwa  sejarah,  peristiwa  dalam  kehidupan  sehari-hari  serta  masalah-masalah  sosial yang sedang dihadapi oleh para siswa, dan lain-lain.
  5. Keterampilan  membuat catatan (note-making skill). Keterampilan ini tidak hanya terkait dengan kemampuan siswa dalam merangkum, mencatat, dan meringkas isi bacaan  melainkan  juga  memproduksi  pengetahuan  IPS  oleh  siswa  melalui  proses membaca  dan  merangkum  isi  bacaan.  Siswa  dibekali  dengan  keterampilan  untuk melakukan  interpretasi  kembali  terhadap  isi  teks  yang  dibaca  berdasarkan  pengetahuan yang  dimilikinya,  kemudian  melakukan  proses  produksi  berdasarklan  hasil  bacaan  yang telah diolah menjadi sebuah pengetahuan baru yang menjadi miliknya.
Buku  teks  yang  diperkenalkan  guru  kepada  para  siswa  masih  merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis buku teks pelajaran. Sedangkan apabila buku teks tersebut dibaca oleh siswa secara kritis, dianalisis, dan dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk  interpretasi  baru  dan  dituliskan  kembali  dalam  catatan  atau  rangkuman  siswa, maka  hasil  olahan  tersebut  telah  menjadi  miliknya. Pada  akhirnya,  siswa  telah  menjadi audience  dari  teks  dan  bahkan  menjadi  bagian  dari  teks  itu sendiri.  Dengan  demikian, melalui  proses  membaca  dan  mencatat  tersebut  siswa telah  diberdayakan (empowered) untuk  mengkonstruksi  pengetahuan,  dan  mereka  telah berperan  sebagai  individu  yang otonom dan pengembang pengetahuan.[9]
 ===============================================================
File Lengkap ada DISINI



[1]Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), 118.
[2]Zainal Arifin Ahmad, Perencanaan Pembelajaran Dari Desain Sampai Implementasi, (Yogjakarta : PT Pedagogia, 2012), 109.
[3]Tarigan dan Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1986), 13.
[4]Rahman Abdul Razak, Manfaat dan Fungsi Buku Teks dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dalam http://rahmanabdulrazak80.blogspot.com/, diakses 01 April 2015
[5]Rahman Abdul Razak, Manfaat…, diakses 01 April 2015
[6]Shoel Mys, Penulisan Bahan Ajar Dan Buku Teks Pelajaran, dalam: http://fikarsul10.blogspot.com, diakses 01 April 2015
[7]Nana Supriatna, Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS SD, (t.p, 2009), 4-5
[8]Ibid., 5.
[9]Ibid., 5-6.

Minggu, 29 Oktober 2017

DOWNLOAD BUKU SISWA DAN BUKU GURU UMUM K-13 REVISI 2017 KELAS 5 MI/SD

DOWNLOAD BUKU SISWA DAN BUKU GURU UMUM K-13 REVISI 2017  KELAS 5 MI/SD

Asalamu'alaikum wr. wb.
Selamat malam rekan pengunjung yang budiman, selamat berjumpa lagi dengan postingan MI Nurul Huda Bandung.
Kali ini MI Nurul Huda Bandung akan berbagi tentang Download Buku Siswa Dan Buku Guru Umum K-13 Revisi 2017  Kelas 5 MI/SD

Berikut Link Downloadnya silahkan Klik di bawah ini:

A. Buku Siswa
1. Kelas 5 Tema 1 Buku Siswa
2. Kelas 5 Tema 2 Buku Siswa
3. Kelas 5 Tema 3 Buku Siswa
4. Kelas 5 Tema 4 Buku Siswa
5. Kelas 5 Tema 5 Buku Siswa

B. Buku Guru
1. Kelas 5 Tema 1 Buku Guru
2. Kelas 5 Tema 2 Buku Guru
3. Kelas 5 Tema 3 Buku Guru
4. Kelas 5 Tema 4 Buku Guru
5. Kelas 5 Tema 5 Buku Guru

Atau Baca Juga ! : DOWNLOAD BUKU GURU K13 KELAS II TEMA 1-4 REVISI 2017

Demikian Download Buku Siswa Dan Buku Guru Umum K-13 Revisi 2017  Kelas 5 MI/SD yang dapat MI Nurul Huda Bandung bagikan, semoga bermanfaat dan dapat membantu, dan terimakasih atas kunjungannya.

Berbagi Itu Indah


Jumat, 27 Oktober 2017

PERATURAN, TATA TERTIB DAN KODE ETIK

PERATURAN, TATA TERTIB DAN KODE ETIK


Selamat malam rekan pengunjung yang berbahagia, apa kabar ? semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Swt. 

Kali ini MI Nurul Huda Bandung akan berbagi seputar Peraturan, tata tertib dan Kode Etik yang tentunya kita sebagi pendidik adalah Peraturan Sekolah, Tata tertib Sekolah dan Kode Etik di Sekolah.
Namun sebelum pada File yang dimaksud alangkah baiknya mari kita simak terlebih dahulu apa yang dimakksud dengan Pereturan, Tata Tertib dan Kode Etik berikut ini.

Kita manusia merupakan mahluk sosial sehingga dalam kesehariannya selalu berinteraksi dengan orang lain. Karena interaksi anatar manusia tersebut, maka dibutuhkan sesuatu yang bersifat mengatur dan mengikat manusia-manusia tersebut untuk selalu mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Peraturan dibuat untuk mengatur manusia - manusia yang terdapat dalam satu kelompok untuk menghindari sikap brutal, mau menang sendiri, dll. 

“Peraturan adalah perangkat yang berisi patokan dan ketentuan untuk dijadikan pedoman yang merupakan hasil dari keputusan yang telah disepakati dalam suatu organisasi yang bersifat mengikat, membatasi dan mengatur dan harus ditaati serta harus dilakukan untuk menghindari sangsi dengan tujuan menciptakan ketertiban, keteraturan, dan kenyaman”.

Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa : Peraturan adalah ketentuan yang mengikat warga kelompok masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendalikan tingkah laku yang sesuai dan diterima: setiap warga masyarakat harus menaati aturan yang berlaku; atau ukuran, kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu

Menurut Depdikbud (1989) pengertian tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada. Menurut Mulyono (2000) tata tertib adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan–larangan.

Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal–hal tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 158/C/Kep/T.81 Tanggal 24 September 1981 (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, 1989:145) ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib sekolah.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang (1989) mengartikan tata tertib sekolah: sebagai kesediaan mematuhi ketentuan berupa peraturan–peraturan tentang kehidupan sekolah sehari–hari. Tata tertib sekolah disusun secara operasional guna mengatur tingkah laku dan sikap hidup siswa, guru dan karyawan administrasi.

Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika Guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah.

Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

Terimakasih telah mengikuti bahasan diatas terkait Pereturan, Tata Tertib dan Kode Etik, dan beikut silahkan download contoh  Pereturan, Tata Tertib dan Kode Etik.

Download pada  link berikut sesuai nama filenya.

Demikian dan terimakasih atas kunjngannya semoga brmanfaat, 
Berbagi Itu Indah.

Kamis, 26 Oktober 2017

APA ITU PTK???? DAN APA SAJA RUKUNNYA???

APA ITU PTK???? DAN APA SAJA RUKUNNYA???


A. APA DAN BAGAIMANAKAH PTK?
Apa dan bagaimanakah penelitian tindakan atau action research, perhatikan uraian berikut:
  1. Action Research is a participatory, democratic process with concerned with developing practical knowing  in the pursuit of worth while human purpose, grounded in a participatory worldview which human purposes, grounded in a participatory world view which we believe is emerging at this historical moment. It sees to bring together action and reflection, theory and practice, with participation with others, in the pursuit of practical solution to issues of pressing concern to people, and more generally the flourishing of individual persons and their community. (Hilary Bradbury and Peter Reason, 2001: 2). 
  2. So action research is about working towards practical outcomes, and also about creating new forms of understanding, since  action without reflection and understanding is blind, just as theory without action is meaningless.
  3. Action research is only possible with, for and by persons and communities, ideally involving all stakeholders both in the questioning and sense making that informs the research, and in the action which its is focus.
Apa kelebihan Action Research dibanding Survey, sebagai berikut:
  • Setidaknya ada dua aspek yang menyebabkan metode survei kurang dapat dipakai: Pertama, masyarakat cenderung dijadikan obyek saja dan kurang terl;ibat dalam merumuskan masalah dan penyusunan kebijakan (Fernandes dan tandon, 1993: 9); dan kedua, dalam penerapan kebijakan, masyarakat hanya sebagai orang yang menerima bukan sebagai pelaku dan pelaksana, sehingga acapkali kebijakan kurang dipahami dan kurang dpat diterima masyarakat.
  • Oleh karena itu diperlukan metode alternatif yang memenuhi kriteria berikut: 

  1. Pertama, berusaha menutupi kelemahan itu dengan merumuskan  permasalahan atas dasar masalah yang langsung dirasakan oleh masyarakat. 
  2. Kedua, pendekatan dirancang berdasarkan kesepakatan antara masyrakat dengan peneliti. 
  3. Ketiga, hasil penelitian tidak hanya bermanfaat bagi si peneliti tetapi juga masyarakat. Perubahan situasi, meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam memahami dan mengubah serta kemampuan memecahkan masalah mereka atau mengubah situasi kehidupan mereka merupakan hasil yang diharapkan (Effendi, 1996,10).

Adapun proses action reseaarch, menurut Kemmis & Mc Taggart, dimulai dengan: 
(1) perencanaan, kemudian 
(2) melakukan aksi, kemudian 
(3) mengobservasi dampak dari aksi, dan terakhir 
(4) melakukan perenungan tentang efektivitas dan efisiensi perencanaan dan aksi yang telah dilakukan. Bila (dengan keempat langkah pada Putaran I tersebut) kurang berhasil, maka lakukanlah Putaran II. Langkah-langkahnya sebagaimana dalam Putaran I, yakni dimulai dengan: (1) perencanaan yang baru, kemudian (2) melakukan aksi yang baru, kemudian (3) mengobservasi dampak dari aksi yang baru, dan terakhir (4) melakukan perenungan tentang efektivitas dan efisiensi perencanaan dan aksi Putaran II. Langkah-langkah pada setiap putaran dapat digambarkan sbb:
Demikianlah seterusnya hingga ditemukan hasil yang memuaskan. Secara teoritis, action research bisa dilakukan dalam beberapa putaran. Setelah Putaran I gagal, lakukan Putaran II. Jika gagal lagi, lakukan Putaran III. Dan seterusnya. 

Tapi tentu, tidak perlu dilakukan melebihi 3 (tiga) kali putaran. Jika beberapa kali putaran, kapan akan selesainya penelitian. Kecuali jika kita bermaksud mencari cara-cara baru yang lebih inovatif, lebih praktis, lebih efektif, dan lebih efisien; sebagaimana Thomas Alpa Edison, penemu listrik, ia melakukan berulang-ulang kali penelitian hingga melebihi 10.000 (sepuluh ribu) kali penelitian; atau Sang Penemu “ayam goreng gurih, garing dan renyah” Mc Donald yang melakukan lebih dari 1.000 (seribu) kali penelitian. 

Usahakan cukupkan dengan 2-3 kali putaran saja, asalkan ada kemajuan dibanding putaran sebelumnya. Caranya ialah dengan terlebih dahulu mengkaji teori-teori atau hasil-hasil penelitian terdahulu. 


B. RUKUN PTK
RUKUN PTK ADA 3, YAITU:

1. PTK DILAKSANAKAN SEDIKITNYA DALAM 2 KALI PUTARAN (Putaran I, Putaran II,
        dan seterusnya)
2. DALAM SETIAP PUTARAN TERDIRI DARI 4 TAHAP KEGIATAN, YAITU:
        (1) PLANNING, dalam hal ini  ”Perencanaan Pengajaran”,
        (2) ACTING, dalam hal ini  ”Pelaksanaan Pengajaran” dengan menggunakan
        ”metode”/”pendekatan” tertentu,
        (3)  OBSERVING, dalam hal ini ”mengukur hasil belajar yang terserap oleh siswa” sebagai efek
         langsung dari pengajaran dengan metode/pendekatan tertentu itu, dan
        (4) REFLECTING, dalam hal ini ”menganalisis” efektivitas metode/pendekatan yang telah
        digunakan.
3. PUTARAN PERTAMA (PUTARAN I) ADALAH  ”PENDEKATAN” / ”METODE”  YANG 
       ”GAGAL”,  SEDANGKAN YANG TERAKHIR (misal: PUTARAN II)  adalah 
        ”PENDEKATAN” / ”METODE”  YANG   ”BERHASIL”  (EFEKTIF, EFISIEN, dan
         seterusnya).

File ada di bawah ini:

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran


oleh: Akhmad Sudrajat
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
========================================================================
File DISINI

Sumber:

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)



KOMPONEN STRATEGI PEMBELAJARAN

Komponen Strategi Pembelajaran

Dalam menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi pembelajaran yakni :
Kegiatan pembelajaran pendahuluan.
Penyampaian informasi.
Partisipasi siswa
Tes, dan
Kegiatan lanjutan

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen dalam strategi pembelajaran adalah :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4) Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5) Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6) Menimbulkan penampilkan siswa
7) Memberi umpan balik
8) Menilai penampilan
9) Menyimpulkan.

Berdasarkan rumusan komponen strategi pembelajaran yang dikemukakan ahli secara garis besar dapat dikelompokkkan menjadi :

1. Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran
mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.

a) Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, penjelasan relevansi isis pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.

b) Sub komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c) Sub komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.

2. Komponen kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran adalah :
a) Metode ceramah g) Metode pembelajaran terprogram
b) Metode demonstrasi h) Metode discovery
c) Metode simulasi i) Metode do-look-learn
d) Metode diskusi j) Metode praktikum
e) Metode studi mandiri k) Metode bermain peran
f) Metode studi kasus l) dll.

3. Komponen ketiga yaitu media yang digunakan.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media cetak,dsb. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b) Dukungan terhadap isi pelajaran
c) Kemudahan memperoleh media
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya
e) Ketersediaan waktu menggunakannya
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

4. Komponen keempat adalah waktu tatap muka.
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.

5. Komponen kelima adalah pengelolaan kelas.
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar

File DISINI