MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
kegiatan pembelajaran guru atau pendidik memiliki peran utama dalam pemberian
nilai atau penentuan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, seorang guru dituntut
untuk mampu mengevalusi hasil belajar anak didiknya secara profesional. Dalam
dunia pendidikan, evaluasi berarti mengumpulkan informasi (berupa angka,
deskripsi verbal) untuk kemudian dianalisis dan interpretasi informasi sebagai
dasar untuk membuat keputusan.
Evaluasi
pendidikan itu sendiri mempunyai dasar-dasar yang sudah menjadi standar
penilaian pendidikan. Hal ini juga telah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007. Sehingga untuk dapat melaksanakan proses
evaluasi dengan baik dan benar, seorang pendidik/guru sebaiknya paham dengan
hal-hal yang berkenaan dengan dasar-dasar evaluasi pendidikan.
Setiap
program kegiatan, baik program pendidikan maupun non pendidikan, seharusnya
diikuti dengan kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan bertujuan untuk menilai
apakah suatu program terlaksana sesuai dengan perencanaan dan mencapai hasil
sesuai yang diharapan atau belum. Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat
diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah suatu program dapat memenuhi
kriteria yang telah ditentukan. Setelah itu kemudian diambil keputusan apakah
program tersebut diteruskan, direvisi, dihentikan, atau dirumuskan kembali
sehingga dapat ditemukan tujuan, sasaran dan alternatif baru yang sama sekali
berbeda dengan format sebelumnya. Agar dapat menyusun program yang lebih baik,
maka hasil evaluasi program sebelumnya dapat dijadikan sebagai acuan pokok.
Adapun
penilaian dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar
mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik
penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian
memberi informasi pada guru tentang prestasi siswa terkait dengan tujuan
pembelajaran. Dengan informasi ini,guru membuat keputusan berdasar hasil
penilaian mengenai apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan metode
pembelajaran dan memperkuat proses belajar siswa.
Untuk itu pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan hal yang penting
untuk dilakukan dalam proses pembelajaran, karena perkembangan ilmu pendidikan telah
mensyaratkan tercakupnya tiga ranah dalam proses pembelajaran, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Tiga ranah ini, tidak semuanya bisa diukur dengan satu
teknik penilaian saja, tetapi harus melibatkan berbagai teknik penilaian yang
berbeda-beda. Karena itu guru dituntut untuk terus mengembangkan kemampuannya
dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran.
Dengan melihat kondisi tersebut, dalam makalah ini penulis akan
membahas beberapa hal yang berkaitan dengan hakekat evaluasi pendidikan antara
lain meliputi pengertian, tujuan, fungsi, dan prinsip-prinsip evaluasi
pendidikan serta implementasi evaluasi proses dan hasil belajar IPA di SD/MI.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
di atas, permasalahan yang perlu dikaji antara lain :
- Bagaimanakah hakikat evaluasi pendidikan di SD/MI ?
- Bagaimanakah implementasi evaluasi proses belajar IPA di SD/MI ?
- Bagaimanakah implementasi evaluasi hasil belajar IPA di SD/MI ?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan permasalahan yang
disebutkan di atas adalah :
- Mengetahui hakikat evaluasi pendidikan di SD/MI.
- Mengetahui implementasi evaluasi proses belajar IPA di SD/MI.
- Mengetahui implementasi evaluasi hasil belajar IPA di SD/MI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Evaluasi Pendidikan di SD/MI
Dalam sub bab
ini akan diuraikan hakikat evaluasi pendidikan
di SD/MI yang meliputi : pengertian, tujuan, fungsi dan prinsip evaluasi
pendidikan.
- Pengertian Evaluasi Pendidikan
Kata
evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mengandung kata
dasar value "nilai". Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi
berkaitan dengan keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik atau buruk, benar atau
salah, kuat atau lemah, cukup atau belum cukup, dan sebagainya. Evaluasi
dapat diartikan sebagai suatu proses mempertimbangkan suatu hal atau
gejala dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu yang bersifat kualitatif,
misalnya baik atau tidak baik, kuat lemah, memadai atau tidak memadai, tinggi rendahnya kesenjangan tersebut.[1]
Pengertian
evaluasi menurut beberapa ahli antara lain menurut Suchman yang dikutip oleh
Suharsimi Arikunto, evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang
telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan. Sedangkan Worthen dan Sanders mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan
mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu. Dalam pencarian tersebut, juga
termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu
program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan.[2] Sedangkan menurut Cross yang dikutip Sukardi,
evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah
dapat dicapai.[3]
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan.
Evaluasi
pendidikan adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai
hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkan menjadi
nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu.[4]
Sedangkan menurut
Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan evaluasi pendidikan sebagai
berikut:
Evaluasi
pendidikan adalah:
a. Proses/kegiatan
untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan.
b.
Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed
back) bagi penyempurnaan pendidikan.[5]
- Tujuan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan
salah satu proses penting dalam proses pendidikan khususnya dalam proses
belajar mengajar. Tujuan
evaluasi pendidikan adalah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan
sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian
tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu oleh guru-guru dan para pengawas
pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan
pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode mengajar
yang digunakan. Dengan demikian dapat dikatakan betapa penting peranan dan
fungsi evaluasi itu dalam proses belajar mengajar.[6]
Adapun tujuan
evaluasi pendidikan secara umum dan khusus menurut Anas Sudjiono adalah sebagai
berikut:
Tujuan umum
a.
Untuk menghimpun bahan-bahan
keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau
taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efektifitas
dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran
selama jangka waktu tertentu.
Tujuan khusus
a. Untuk merangsang kegiatan peserta
didik dalam menempuh program pendidikan .
b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program
pendidikan.[7]
- Fungsi Evaluasi Pendidikan
Menurut
Wayan dan Sumartana, evaluasi pendidikan berfungsi sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui taraf kesiapan anak didik dalam menempuh suatu
pendidikan tertentu.
b.
Untuk mengetahui
seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang telah
dilaksanakan.
c.
Untuk mengetahui apakah
suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang
baru atau mengulang kembali bahan yang telah lampau.
d.
Untuk mendapatkan
bahan-bahan informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan atau
jenis jabatan yang cocok untuk anak tersebut.
e.
Untuk mendapatkan
bahan-bahan informasi untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikan ke
kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang di kelas semula.
f.
Untuk membandingkan
apakah prestasi yang dicapai oleh anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau
belum.
g.
Untuk menafsirkan
apakah seorang anak telah cukup matang untuk dilepas ke dalam masyarakat atau
untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
h.
Untuk mengadakan
seleksi terhadap calon yang paling cocok untuk suatu jabatan atau jenis
pendidikan tertentu.
- Prinsip Evaluasi Pendidikan
Untuk
memperoleh hasil evaluasi pendidikan yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi pendidikan
harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
a. Kontinuitas (terus-menerus)
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara
insidental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu.
Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara kontinu. Hasil evalusi yang
diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada
waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti bagi
peserta didik.
b. Komprehensif (keseluruhan)
Dalam
melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh obyek itu
seagai bahan evaluasi. Misalnya, jika obyek evaluasi adalah peserta didik, maka
seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus di evaluasi, baik yang
menyagkut kognif, afektif, maupun psikomotor. Begitu juga dengan obyek-obyek
evaluasi yang lain.
c. Adil dan obyektif
Dalam
melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Guru juga
hendaknya bertidak secara obyektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan
prasangka yang bersifat negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas
kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau
rekayasa.
d. Kooperatif
Dalam keiatan evaluasi guru hendaknya
bekerjasama dengan semua pihak, seperti orangtua, peserta didik, sesama guru,
kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan
agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut
merasa dihargai.
e. Praktis
Praktis
mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat
evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.[9]
B. Implementasi Evaluasi Proses Belajar IPA di
SD/MI
Evaluasi proses bermaksud untuk mendapatkan
informasi sejauh mana kegiatan pembelajaran memberikan pengaruh kepada
peserta didik. Karena yang ingin diketahui adalah kualitas pembelajaran, maka
pada hakikatnya informasi yang terkumpul pada evaluasi proses, pengguna
pertama adalah guru. Dengan hasil yang diperoleh dari evaluasi proses, seorang
guru IPA dapat menentukan sikap apakah proses pembelajaran sudah berlangsung
dengan baik, dan apakah guru sudah dapat beralih ke pokok bahasan berikutnya ,
atau apakah ia haus menggunakan pendekatan atau metode yang lain pada kegiatan
berikutnya, dan lain sebagainya.[10] Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang diperlukan terdiri dari:
1. Alat
evaluasi untuk mengukur kognitif
Penguasaan
ilmu pengetahuan yang disampaikan melalui pembelajaran dapat ditentukan dengan
menggunakan pertanyaan (tes) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes tersebut
bentuknya obyektif atau bentuk uraian(esai). Untuk memilih yang mana diantara
kedua bentuk itu yang paling cocok untuk digunakan sangat tergantung pada waktu
yang tersedia, proses berfikir yang diukur, sifat materi yang akan ditanyakan
dan banyaknya peserta didik dalam satu kelas.
2.
Alat
evaluasi untuk mengukur afektif
Pengembangan
afektif dimulai dari jenjang terendah yaitu dapat menerima suatu sikap hidup.
Latihan atau upaya untuk pengembangan afektif pada setiap jenjang memerlukan waktu
yang lebih lama dibandingkan pada jenjang kognitif. Oleh sebab itu untuk ranah
afektif ini harus terus menerus dilaksanakan agar nantinya dapat memberikan
hasil yang baik sehingga bisa membentuk sikap hidup peserta didik.
Contoh upaya
melatih peserta didik untuk hidup disiplin yaitu dengan mengamati atau
mengobservasi apakah mereka tepat waktu dalam hal-hal berikut: datang di
sekolah/kelas, membayar SPP, mengikuti upacara sekolah, mengerjakan pekerjaan
rumah, mengerjakan tugas pratikum, mengerjakan kebun sekolah, mengerjakan
sholat pada waktunya, menepati janji, dan mengembalikan pinjaman pada waktu
yang dijanjikan. Yang penting lagi setelah Guru menemukan kekurangan pada diri
peserta didik ,Guru harus memberikan nasihat(bantuan, pengobatan, atau contoh
yang baik), ternyata obat yang mujarab adalah diri pribadi Guru yang merupakan
contoh riil dan nyata bagi peserta didik.[11]
3.
Alat
evaluasi untuk mengukur ketrampilan
Pada bagian
ini akan dibicarakan jenis ketrampilan apa yang dikembangkan dalam pelajaran
IPA sehingga guru dapat memusatkan latihannya pada ketrampilan tersebut pada
waktu guru melatihkan demonstrasi ataupun peserta didik melakukan percobaan.
a.
Ketrampilan
menggunakan tangan
Pendidikan IPA melatih peserta didik terampil
menggunakan tangannya dengan menggunakan bermacam-macam alat seperti gelas
beker cara memegangnya sama seperti memegang gelas air minum bedanya pada saat
mau dituangkan ke wadah yang lain harus diupayakan cairan keluar dari bibir
yang sengaja dibuat.
b.
Ketrampilan
menggunakan indera penglihat
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang
sering dilakukan dalam proses pembelajaran IPA. Hasil pengamatan yang tepat
hanya dapat diperoleh dengan cara melihat yang sudah baku. Contohnya mengukur
suhu air yang baru saja dipanaskan. Untuk mengetahui dengan tepat suhu air
tersebut, sipembaca harus meletakkan matanya sama tinggi dengan permukaan air
raksa dalam termometer. Kalau mata lebih rendah atau lebih tinggi hasil
pembacaan akan keliru, pengamatan berarti tidak tepat.
c.
Ketrampilan
menggunakan indera pengecap
Dalam proses pembelajaran IPA di tingkat SD/MI
indera pengecap tidak sering digunakan mengingat dengan cara mengecap membawa
resiko pada kesehatan. Yang dilatih di tingkat SD/MI hanya untuk mengecap rasa
manis, pahit, asam, dan asin pada bagian tertentu dari lidah,
d.
Ketrampilan
menggunakan indera pencium
Merasakan bau dalam proses pendidikan IPA di
SD/MI lebih banyak dilatihkan daripada mengecap rasa. Melalui bau yang tercium
peserta didik dapat mengenal bahan, karena banyak diantara bahan tersebut
memiliki bau khas. Contohnya bau cuka yang digunakan ibu di dapur, bau tape,
bau belerang, dan bau dari tempat penimbunan sampah. Semua contoh tersebut
tercium baunya karena adanya gas tertentu bercampur dengan udara yang kemudian
merangsang penciuman kita.[12]
Penilaian proses pembelajaran yang berkenaan dengan ranah kognitif
digunakan alat ukur berbentuk tes objektif dan atau tes bentuk uraian. Dengan
menggunakan kedua bentuk ini dapat diketahui materi yang telah dan belum
dikuasai begitu juga dapat diketahui jenjang berfikir yang sudah atau belum
dikuasai. Sedangkan untuk mengevaluasi proses pembelajaran IPA dari segi
afektif dan ketrampilan digunakan pedoman observasi. Di bawah ini akan
dikemukaan contoh cara-cara menyusun alat evaluasi tersebut:
-
Guru
kelas IV pada pelajaran IPA akan mengajar dengan pokok bahasan: Udara mempunya
sifat tertentu dan kegunaanya bagi kehidupan dengan subpokok bahasan: Udara
terdiri dari gas nitrogen, oksigen, karbondioksida, uap air, gas-gas dan
zat-zat halus/partikel.
-
Kata
kerja memahami pada tujuan di atas dapat diartikan misalnya menyebutkan,
menjelaskan, membuktikan.
Kata kerja
menyebutkan dan menjelaskan termasuk dalam ranah kognitif sedangkan kata kerja
membuktikan termasuk ranah psikomotor. Pelajaran IPA sedapat mungkin didasarkan
pada percobaan atau pengamatan dan meminta guru IPA untuk mengembangkan
ketrampilan peserta didik. Oleh karena itu guru memilih metode demonstrasi atau
metode eksperimen untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui demonstrasi atau eksperimen
peserta didik akan melihat bukti bahwa udara terdiri dari campuran gas, karena
percobaan menunjukkan 1/5 (20%) volume udara adalah oksigen, sisanya sekitar 79%
adalah nitrogen dan sangat sedikit mengandung uap air.
Akhirnya
dengan tujuan pembelajaran seperti diatas dapat disimpulkan bahwa setelah
pembelajaran dengan metode demonstrasi atau eksperimen peserta didik telah
dapat:
1.
Meningkatkan
kemampuan ranah kognitif
a.
Menyebutkan
bahwa udara adalah campuran bermacam gas
b.
Menyebutkan
bagian terbesar udara adalah nitrogen dan oksigen
c.
Menyebutkan
bahwa udara tidak ada baunya, tidak ada rasanya, dan tidak ada warnanya
2.
Meningkatkan
kemampuan ranah psikomotorik
a.
Menelungkupkan
gelas pada lilin yang sedang terbakar dan terapung di atas air
b.
Mengukur
perbandingan volume udara yang digunakan lilin yang terbakar
c.
Melakukan
percobaan yang membuktikan adanya uap air di udara
d.
Melakukan
percobaan yang membuktikan kadar oksigen di udara
3.
Meningkatkan
kualitas kepribadian/afektif
a.
Sifat
tenggang rasa
b.
Meningkatkan
disiplin kerja karena dalam waktu yang telah ditentukan percobaan harus selesai
c.
Sifat
kerjasama antara peserta didik
d.
Menimbulkan
kreatifitas untuk mencapai jalan agar percobaan berlangsung lebih baik, cepat,
dan tepat
Untuk mengukur
bahwa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik mengalami
perubahan atau tidak, berikut ini contoh instrumennya:
1. Ranah kognitif
Guru dapat memberikan pertanyaan
baik secara lisan atau tertulis.
a. Campuran gas apa saja yang terdapat di udara?
(C1)
b. Berapakah perbandingan gas oksigen terhadap
gas nitrogen di udara? (C1)
c. Jelaskan mengapa perbandingan volume oksigen
terhadap volume nitrogen tidak berubah walaupun di tempat sampah yang berbau
busuk? (C2)
2. Ranah psikomotor
Sebagaimana tertulis di atas,
menelungkupkan
gelas pada lilin yang sedang terbakar dan terapung di atas air, dapat kita
rinci menjadi berbagai ketrampilan misalnya:
-------------------------DST
File lengkap di Bawah ini:
1. BAB I
2. BAB II
3. BAB III
[1] M. Ainin, dkk. Evaluasi
dalam pembelajaran bahasa arab,( Malang: Misykat , 2006), 2
[4]
Hamdani,Strategi belajar Mengajar,(Bandung:Pustaka Setia,2011), 298
[5] Sudijono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada,2007)
[6] M.
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 5.
[7] Anas Sudijono, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada ,2012),16.
[8]
Wayan Sartana dan PPN. Sumartana, Evaluasi Pendidikan ,cet ke-4(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 3 - 4
[9] Sukardi,
Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), 35
[10]Amalia
Sapriati dkk, Pembelajaran IPA di SD,(Jakarta:Universitas Terbuka,2008),
7.17
[11] Ibid,…7.20-7.21
[12] Ibid,…7.22-7.26
0 komentar:
Posting Komentar