Selasa, 24 Oktober 2017

MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA

MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan pembelajaran guru atau pendidik memiliki peran utama dalam pemberian nilai atau penentuan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, seorang guru dituntut untuk mampu mengevalusi hasil belajar anak didiknya secara profesional. Dalam dunia pendidikan, evaluasi berarti mengumpulkan informasi (berupa angka, deskripsi verbal) untuk kemudian dianalisis dan interpretasi informasi sebagai dasar untuk membuat keputusan.
Evaluasi pendidikan itu sendiri mempunyai dasar-dasar yang sudah menjadi standar penilaian pendidikan. Hal ini juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007. Sehingga untuk dapat melaksanakan proses evaluasi dengan baik dan benar, seorang pendidik/guru sebaiknya paham dengan hal-hal yang berkenaan dengan dasar-dasar evaluasi pendidikan.
Setiap program kegiatan, baik program pendidikan maupun non pendidikan, seharusnya diikuti dengan kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan bertujuan untuk menilai apakah suatu program terlaksana sesuai dengan perencanaan dan mencapai hasil sesuai yang diharapan atau belum. Berdasarkan hasil evaluasi akan dapat diketahui hal-hal yang telah dicapai, apakah suatu program dapat memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Setelah itu kemudian diambil keputusan apakah program tersebut diteruskan, direvisi, dihentikan, atau dirumuskan kembali sehingga dapat ditemukan tujuan, sasaran dan alternatif baru yang sama sekali berbeda dengan format sebelumnya. Agar dapat menyusun program yang lebih baik, maka hasil evaluasi program sebelumnya dapat dijadikan sebagai acuan pokok.
Adapun penilaian dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi pada guru tentang prestasi siswa terkait dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini,guru membuat keputusan berdasar hasil penilaian mengenai apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar siswa.
Untuk itu pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam proses pembelajaran, karena perkembangan ilmu pendidikan telah mensyaratkan tercakupnya tiga ranah dalam proses pembelajaran, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Tiga ranah ini, tidak semuanya bisa diukur dengan satu teknik penilaian saja, tetapi harus melibatkan berbagai teknik penilaian yang berbeda-beda. Karena itu guru dituntut untuk terus mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran.
Dengan melihat kondisi tersebut, dalam makalah ini penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan hakekat evaluasi pendidikan antara lain meliputi pengertian, tujuan, fungsi, dan prinsip-prinsip evaluasi pendidikan serta implementasi evaluasi proses dan hasil belajar IPA di SD/MI.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang perlu dikaji antara lain :
  1. Bagaimanakah hakikat evaluasi pendidikan di SD/MI ?
  2. Bagaimanakah implementasi evaluasi proses belajar IPA di SD/MI ?
  3. Bagaimanakah implementasi evaluasi hasil belajar IPA di SD/MI ? 

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan permasalahan yang disebutkan di atas adalah :

  1. Mengetahui hakikat evaluasi pendidikan di SD/MI.
  2. Mengetahui implementasi evaluasi proses belajar IPA di SD/MI.
  3. Mengetahui implementasi evaluasi hasil belajar IPA di SD/MI.     

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Evaluasi Pendidikan di SD/MI
Dalam sub bab ini akan diuraikan hakikat evaluasi pendidikan  di SD/MI yang meliputi : pengertian, tujuan, fungsi dan prinsip evaluasi pendidikan.
  1. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang mengandung kata dasar value "nilai". Kata value atau nilai dalam istilah evaluasi berkaitan dengan keyakinan bahwa sesuatu hal itu baik atau buruk, benar atau salah, kuat atau lemah, cukup atau belum cukup, dan sebagainya.  Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu proses mempertimbangkan suatu hal  atau gejala dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu yang bersifat kualitatif, misalnya baik atau tidak baik, kuat lemah, memadai atau tidak memadai, tinggi rendahnya kesenjangan tersebut.[1]
Pengertian evaluasi menurut beberapa ahli antara lain menurut Suchman yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Sedangkan Worthen dan Sanders mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu. Dalam pencarian tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.[2] Sedangkan menurut Cross yang dikutip Sukardi, evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.[3]
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan.
Evaluasi pendidikan adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkan menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu.[4]
Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan evaluasi pendidikan sebagai berikut:
Evaluasi pendidikan adalah:
a.    Proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
b.    Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.[5]

  1. Tujuan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan salah satu proses penting dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai dimana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar mengajar.[6]
Adapun tujuan evaluasi pendidikan secara umum dan khusus menurut Anas Sudjiono adalah sebagai berikut:
Tujuan umum
a.       Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
 Tujuan khusus
a.      Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan .
b.    Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan.[7]

  1. Fungsi Evaluasi Pendidikan
Menurut Wayan dan Sumartana, evaluasi pendidikan berfungsi sebagai berikut :
a.        Untuk mengetahui taraf  kesiapan anak didik dalam menempuh suatu pendidikan tertentu.
b.         Untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan yang telah dilaksanakan.
c.         Untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru atau mengulang kembali bahan yang telah lampau.
d.        Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikan atau jenis jabatan yang cocok untuk anak tersebut.
e.         Untuk mendapatkan bahan-bahan informasi untuk menentukan apakah seorang anak dapat dinaikan ke kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang di kelas semula.
f.          Untuk membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum.
g.         Untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup matang untuk dilepas ke dalam masyarakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
h.         Untuk mengadakan seleksi terhadap calon yang paling cocok untuk suatu jabatan atau jenis pendidikan tertentu.
i.           Untuk mengetahui taraf efisiensi metode yang digunakan dalam lapangan pendidikan.[8]

  1. Prinsip Evaluasi Pendidikan
            Untuk memperoleh hasil evaluasi pendidikan yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi pendidikan harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:

a.    Kontinuitas (terus-menerus)
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara kontinu. Hasil evalusi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu sebelumnya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas dan berarti bagi peserta didik.
b.    Komprehensif (keseluruhan)
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh obyek itu seagai bahan evaluasi. Misalnya, jika obyek evaluasi adalah peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus di evaluasi, baik yang menyagkut kognif, afektif, maupun psikomotor. Begitu juga dengan obyek-obyek evaluasi yang lain.
c.    Adil dan obyektif
Dalam melaksanakan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Guru juga hendaknya bertidak secara obyektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang bersifat negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi atau rekayasa.
d.   Kooperatif
Dalam keiatan evaluasi guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak, seperti orangtua, peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut merasa dihargai.
e.    Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.[9]

B.     Implementasi Evaluasi Proses Belajar IPA di SD/MI
Evaluasi proses bermaksud untuk mendapatkan informasi sejauh mana kegiatan pembelajaran memberikan pengaruh kepada peserta didik. Karena yang ingin diketahui adalah kualitas pembelajaran, maka pada hakikatnya informasi yang terkumpul  pada evaluasi proses, pengguna pertama adalah guru. Dengan hasil yang diperoleh dari evaluasi proses, seorang guru IPA dapat menentukan sikap apakah proses pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, dan apakah guru sudah dapat beralih ke pokok bahasan berikutnya , atau apakah ia haus menggunakan pendekatan atau metode yang lain pada kegiatan berikutnya, dan lain sebagainya.[10] Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang diperlukan terdiri dari:

1.    Alat evaluasi untuk mengukur kognitif
       Penguasaan ilmu pengetahuan yang disampaikan melalui pembelajaran dapat ditentukan dengan menggunakan pertanyaan (tes) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes tersebut bentuknya obyektif atau bentuk uraian(esai). Untuk memilih yang mana diantara kedua bentuk itu yang paling cocok untuk digunakan sangat tergantung pada waktu yang tersedia, proses berfikir yang diukur, sifat materi yang akan ditanyakan dan banyaknya peserta didik dalam satu kelas. 
2.    Alat evaluasi untuk mengukur afektif
       Pengembangan afektif dimulai dari jenjang terendah yaitu dapat menerima suatu sikap hidup. Latihan atau upaya untuk pengembangan afektif pada setiap jenjang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan pada jenjang kognitif. Oleh sebab itu untuk ranah afektif ini harus terus menerus dilaksanakan agar nantinya dapat memberikan hasil yang baik sehingga bisa membentuk sikap hidup peserta didik.
      Contoh upaya melatih peserta didik untuk hidup disiplin yaitu dengan mengamati atau mengobservasi apakah mereka tepat waktu dalam hal-hal berikut: datang di sekolah/kelas, membayar SPP, mengikuti upacara sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas pratikum, mengerjakan kebun sekolah, mengerjakan sholat pada waktunya, menepati janji, dan mengembalikan pinjaman pada waktu yang dijanjikan. Yang penting lagi setelah Guru menemukan kekurangan pada diri peserta didik ,Guru harus memberikan nasihat(bantuan, pengobatan, atau contoh yang baik), ternyata obat yang mujarab adalah diri pribadi Guru yang merupakan contoh riil dan nyata bagi peserta didik.[11]

3.    Alat evaluasi untuk mengukur ketrampilan
       Pada bagian ini akan dibicarakan jenis ketrampilan apa yang dikembangkan dalam pelajaran IPA sehingga guru dapat memusatkan latihannya pada ketrampilan tersebut pada waktu guru melatihkan demonstrasi ataupun peserta didik melakukan percobaan.
a.    Ketrampilan menggunakan tangan
Pendidikan IPA melatih peserta didik terampil menggunakan tangannya dengan menggunakan bermacam-macam alat seperti gelas beker cara memegangnya sama seperti memegang gelas air minum bedanya pada saat mau dituangkan ke wadah yang lain harus diupayakan cairan keluar dari bibir yang sengaja dibuat.
b.    Ketrampilan menggunakan indera penglihat
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan yang sering dilakukan dalam proses pembelajaran IPA. Hasil pengamatan yang tepat hanya dapat diperoleh dengan cara melihat yang sudah baku. Contohnya mengukur suhu air yang baru saja dipanaskan. Untuk mengetahui dengan tepat suhu air tersebut, sipembaca harus meletakkan matanya sama tinggi dengan permukaan air raksa dalam termometer. Kalau mata lebih rendah atau lebih tinggi hasil pembacaan akan keliru, pengamatan berarti tidak tepat.
c.    Ketrampilan menggunakan indera pengecap
Dalam proses pembelajaran IPA di tingkat SD/MI indera pengecap tidak sering digunakan mengingat dengan cara mengecap membawa resiko pada kesehatan. Yang dilatih di tingkat SD/MI hanya untuk mengecap rasa manis, pahit, asam, dan asin pada bagian tertentu dari lidah,
d.   Ketrampilan menggunakan indera pencium
Merasakan bau dalam proses pendidikan IPA di SD/MI lebih banyak dilatihkan daripada mengecap rasa. Melalui bau yang tercium peserta didik dapat mengenal bahan, karena banyak diantara bahan tersebut memiliki bau khas. Contohnya bau cuka yang digunakan ibu di dapur, bau tape, bau belerang, dan bau dari tempat penimbunan sampah. Semua contoh tersebut tercium baunya karena adanya gas tertentu bercampur dengan udara yang kemudian merangsang penciuman kita.[12]

Penilaian proses pembelajaran yang berkenaan dengan ranah kognitif digunakan alat ukur berbentuk tes objektif dan atau tes bentuk uraian. Dengan menggunakan kedua bentuk ini dapat diketahui materi yang telah dan belum dikuasai begitu juga dapat diketahui jenjang berfikir yang sudah atau belum dikuasai. Sedangkan untuk mengevaluasi proses pembelajaran IPA dari segi afektif dan ketrampilan digunakan pedoman observasi. Di bawah ini akan dikemukaan contoh cara-cara menyusun alat evaluasi tersebut:
-       Guru kelas IV pada pelajaran IPA akan mengajar dengan pokok bahasan: Udara mempunya sifat tertentu dan kegunaanya bagi kehidupan dengan subpokok bahasan: Udara terdiri dari gas nitrogen, oksigen, karbondioksida, uap air, gas-gas dan zat-zat halus/partikel.
-       Kata kerja memahami pada tujuan di atas dapat diartikan misalnya menyebutkan, menjelaskan, membuktikan.
                        Kata kerja menyebutkan dan menjelaskan termasuk dalam ranah kognitif sedangkan kata kerja membuktikan termasuk ranah psikomotor. Pelajaran IPA sedapat mungkin didasarkan pada percobaan atau pengamatan dan meminta guru IPA untuk mengembangkan ketrampilan peserta didik. Oleh karena itu guru memilih metode demonstrasi atau metode eksperimen untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui demonstrasi atau eksperimen peserta didik akan melihat bukti bahwa udara terdiri dari campuran gas, karena percobaan menunjukkan 1/5 (20%) volume udara adalah oksigen, sisanya sekitar 79% adalah nitrogen dan sangat sedikit mengandung uap air.
                        Akhirnya dengan tujuan pembelajaran seperti diatas dapat disimpulkan bahwa setelah pembelajaran dengan metode demonstrasi atau eksperimen peserta didik telah dapat:
1.    Meningkatkan kemampuan ranah kognitif
a.    Menyebutkan bahwa udara adalah campuran bermacam gas
b.    Menyebutkan bagian terbesar udara adalah nitrogen dan oksigen
c.    Menyebutkan bahwa udara tidak ada baunya, tidak ada rasanya, dan tidak ada warnanya
2.    Meningkatkan kemampuan ranah psikomotorik
a.    Menelungkupkan gelas pada lilin yang sedang terbakar dan terapung di atas air
b.    Mengukur perbandingan volume udara yang digunakan lilin yang terbakar
c.    Melakukan percobaan yang membuktikan adanya uap air di udara
d.   Melakukan percobaan yang membuktikan kadar oksigen di udara
3.    Meningkatkan kualitas kepribadian/afektif
a.    Sifat tenggang rasa
b.    Meningkatkan disiplin kerja karena dalam waktu yang telah ditentukan percobaan harus selesai
c.    Sifat kerjasama antara peserta didik
d.   Menimbulkan kreatifitas untuk mencapai jalan agar percobaan berlangsung lebih baik, cepat, dan tepat
Untuk mengukur bahwa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik mengalami perubahan atau tidak, berikut ini contoh instrumennya:
1.      Ranah kognitif
Guru dapat memberikan pertanyaan baik secara lisan atau tertulis.
a.    Campuran gas apa saja yang terdapat di udara? (C1)
b.    Berapakah perbandingan gas oksigen terhadap gas nitrogen di udara? (C1)
c.    Jelaskan mengapa perbandingan volume oksigen terhadap volume nitrogen tidak berubah walaupun di tempat sampah yang berbau busuk? (C2)
2.      Ranah psikomotor
Sebagaimana tertulis di atas, menelungkupkan gelas pada lilin yang sedang terbakar dan terapung di atas air, dapat kita rinci menjadi berbagai ketrampilan misalnya:
-------------------------DST

File lengkap di Bawah ini:


2. BAB II


[1] M. Ainin, dkk. Evaluasi dalam pembelajaran bahasa arab,( Malang: Misykat , 2006), 2
[2] Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan ,cet.ke-2(Jakarta: Bumi Aksara, 2009),  1
[3] Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya,( Jakarta: Bumi Aksara, 2009),  1.
[4] Hamdani,Strategi belajar Mengajar,(Bandung:Pustaka Setia,2011),  298
[5] Sudijono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007)
[6] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),  5.
[7] Anas Sudijono, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada ,2012),16.
[8] Wayan Sartana dan PPN. Sumartana, Evaluasi Pendidikan ,cet ke-4(Surabaya: Usaha Nasional, 1986),  3 - 4
[9] Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 35
[10]Amalia Sapriati dkk, Pembelajaran IPA di SD,(Jakarta:Universitas Terbuka,2008), 7.17
[11] Ibid,…7.20-7.21
[12] Ibid,…7.22-7.26

0 komentar:

Posting Komentar