MAKALAH PERMASALAHAN PENELITIAN KEPENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang sangat penting bagi pengembangan ilmu dan bagi pemecahan
suatu masalah. Beberapa ilmuwan memulai kegiatan ilmiahnya dengan melakukan
penelitian. Penelitian menjadi alat bagi ilmuwan untuk mengungkap tabir yang
ada dibalik fenomena yang terjadi sehingga terungkap beberapa kebenaran yang
sesungguhnya dan dapat dihasilkan pengetahuan baru yang bermanfaat. Disamping
itu, penelitian sangat berguna bagi pemecahan suatu masalah dengan mengambil
pelajaran dari temuan penelitian. Dengan demikian, pada hakekatnya adalah upaya
untuk mencari jawaban yang benar dan logis atas suatu masalah yang didasarkan
atas data empiris yang terpercaya.
Melalui penelitian yang seksama
dan sistematis, para ilmuwan dapat menemukan berbagai gejala atau praktik yang
dapat dijadikan solusi terbaik bagi upaya pemecahan suatu masalah. Aktifitas
penelitian merupakan suatu tahapan yang terus diikuti yang setiap langkahnya
merupakan pengalaman yang menambah wawasan baru. Bukankah semakin banyak
pengalaman orang, semakin bertambah pengetahuannya, semakin banyak alternatif
untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, penelitian meruapakan pengalaman
yang berharga dan menjadi guru yang terbaik yang memberikan banyak pelajaran
bagi orang yang mau memanfaatkannya.
Temuan-temuan penelitian
mengungkap berbagai gelala atau praktik yang bila dikembangkan lebih lanjut
dengan analisis yang tepat, terdapat praktik dan gejala yang satu sam lain
saling berhubungan dan membentuk suatu ikatan yang kokoh untuk memecahkan suatu
masalah dan bahkan dapat membangun suatu praktik terbaik. Disinilah, para
ilmuwan menemukan konsep dan teori baru. Walaupun tidak semua ilmu pengetahuan
dihasikan dari penelitian, namun tidak dipungkiri secara empirik bahwa hasil
penelitian telah menghasilkan ilmu pengetahuan baru dan dijadikan salah satu
metodologi ilmu. Dengan demikian, penelitian pada hakekatnya adalah suatu
kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.
Penelitian merupakan suatu usaha
menemukan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan (knowledge)
adalah sesuatu yang kita ketahui jumlahnya sangat banyak dan beragam, sedangkan
pengetahuan ilmiah (science) adalah
pengetahuan yang mengikuti aturan-aturan ilmiah. Walaupun tidak semua ilmu
pengetahuan diperoleh dari hasil penelitian. Namun posisi penelitian menempati
peran yang sangat strategik dalam menghasilkan ilmu pengetahuan yang
terpercaya. Ilmu pengetahuan diperoleh seseorang dengan cara yang berbeda, ada
yang melalui pengalaman langsung, bertanya kepada orang lain yang lebih paham,
membaca buku, atau bahkan tidak sengaja diperoleh dari pergaulan atau
komunikasi yang terjalin.[1]
Penelitian merupakan aktifitas
yang menggunakan kekuatan pikir dan aktifitas observasi dengan menggunakan
kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan guna memecahkan
suatu persoalan. Bagaimanapun juga, hasil penelitian yang valid dan reliabel
dapat menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berguna bagi ilmu penegtahuan dan
bahkan menjadi ilmu pengetahuan itu sendiri yang bisa berupa konsep atau teori
yang dapat digunakan untuk memahami, mendeskripsikan, menjelaskan, mengontrol
dan memprediksikan suatu fenomena. Aktifitas tersebut sangat berguna bagi upaya
pemecahan dan memverifikasinya dengan fenomena empirik untk mendapatkan data
dan fakta yang sesungguhnya atau yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
Fakta dan data diolah, secara tepat dengan metode yang relevan dan dianalisis
secara mendalam yang melibatkan verification
logical framework dalam menyajikan temuan-temuan dan kesimpulan yang dapat
dijadikan rujukan bagi pemecahan masalah dan bagi pengembangan disiplin ilmu.[2]
Kedudukan masalah dalam alur
prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau
jawaban yang akan diperoleh/ dicari, karena masalah yang dipilih dapat
menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan
digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk
memecahkannya.
Dalam dunia pendidikan banyak
fenomena-fenomena dan suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait yang perlu
dipecahkan dalam suatu penelitian. Namun tidak semua masalah itu harus
dipecahkan secara ilmiah.
Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan terutama pada pendidikan Islam,
dan berusaha memaparkan hal-hal yang terkait dengan permasalahan penelitian
dengan judul makalah “PERMASALAHAN PENELITIAN KEPENDIDIKAN ISLAM.”
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi masalah dalam Penelitian Pendidikan Islam?
2. Bagaimana mengidentifikasi dan memilih masalah penelitian?
3. Bagaimana cara merumuskan masalah penelitian?
4. Apa saja sumber-sumber masalah penelitian?
5. Apa bentuk-bentuk masalah penelitian?
Dengan
mengetahui rumusan masala diatas, tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi masalah dalam Penelitian Pendidikan Islam
2. Untuk mengidentifikasi dan memilih masalah penelitian
3. Untuk mengetahui cara-cara merumuskan masalah penelitian
4. Untuk mengetahui sumber-sumber masalah penelitian
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk masalah penelitian
[1]
Djam’an Satori, Aan Komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung, Alfabeta, 2011), hal 2.
Masalah
adalah kesenjangan (discrepancy) antara das
sollen dan das sain, yakni kesenjangan
antara apa yang seharusnya (harapan) dan apa yang ada dalam kenyataan sekarang.[1] Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi,
ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya. Penelitian
diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut.
Masalah
yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi, misalnya
masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut
tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi, dan efisiensi
pendidikan.
Dari
masalah-masalah yang ada, peneliti perlu mengidentifikasi, memilih dan
merumuskannya. Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber masalah adalah: (1) Ba caan, terutama bacaan yang bersumber dari
jurnal-jurnal penelitian (2) pertemuan ilmiah, misalnya seminar, diskusi dan
sebagainya (3) pernyataan pemegang kekuasaan (otoritas) (4) observasi
(pengamatan) (5) wawancara dan penyebaran angket (6) pengalaman dan (7)
intuisi.[2]
Masalah,
merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang
terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan
pelaksanaan, penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan
antara pengalaman masa lampau dengan yang terjadi sekarang. Yang diharapkan
keuntungan Rp. 10.000.000 tetapi yang terjadi hanya Rp. 5.000.000, sehingga
timbul masalah. Yang diharapkan iklim kerja kondusif, tetapi yang terjadi tidak
menyenangkan. Yang diharapkan masyarakatnya agamis, tetapi yang terjadi justru
jauh dari nilai-nilai agama.[3]
Seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar: masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang
terjadi. Besar kecilnya masalah terlihat dari kecilnya sudut yang diarsir.
Definisi
masalah dalam Penelitian Pendidikan, apakah permasalahan dalam penelitian? John
Dewey dan Kerlinger mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang
dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga
diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.[4]
Secara
umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap
antara kebutuhan yang diinginkan dan kebutuhan yang ada.[5]
Misalnya, diharapkan bahwa peserta didik memperoleh nilai skor rata-rata 80
dalam suatu ujian. Ternyata, skor rata-rata yang dicapai peserta didik hanya
sebesar 60. Ini berarti ada kesenjangan. Rendahnya perolehan skor rata-rata
tersebut dapat menjadi suatu masalah, karena untuk mencapai ketuntasan minimal
(KKM) mereka harus mendaptkan skor minimal, misalnya 75. Apa sebenarnya yang
menjadi penyebab masalah rendahnya skor rata-rata tersebut?
Masalah
dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait
dengan idang pendidikan, antara lain:[6]
a. Pengalaman seseorang atau kelompok
Pengalaman
mengajar dikelas, pengalaman terhadap lingkungan sekitar. Pengalaman orang yang
telah lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu
mencari permasalahan yang signifikan diteliti.
b. Lapangan tempat bekerja
Tempat-tempat
dimana seseorang maupun peneliti bekerja adalah juga merupakan salah satu sumber
permasalahan yang baik. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami
dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru
misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan
tercapainya tujuan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber penelitian.
c. Laporan hasil penelitian
Sumber
yang ketiga untuk memeperoleh permasalahan yang signifikan adalah perpustakaan
atau internet dimana hasil-hasil penelitian para peneliti berada. Dan hasil
penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil
temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan karena
berkaitan dengan hasil penelitian yang telah ada. Dan banyaknya laporan
penelitian, seorang peneliti dimungkinkan dapat memperoleh gambaran
permasalahan yang baik untuk diteliti.
d. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain
Perkembangan
ilmu pengetahuan yang lain diluar bidang yang dikuasai seringkali memberikan
pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, demonstrasi mahasiswa
menentang kenaikan BBM, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan
tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik.
Namun
demikian, masalah yang bersumber dari tempat yang tepat belum tentu semuanya
dapat digunakan sebagai masalah penelitian, maka perlu adanya identifikasi
masalah oleh peneliti.[7]
Mengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan
mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu
proses penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya
formulasi yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Oleh
karena itu, biasanya para peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau
sesama peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada
ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang
dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasikan
masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi
kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya
memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap
masalah-masalah, maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan
masalah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan upaya untuk
mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakan masalah-masalah tersebut secara
sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah
dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan
ditemukan (identifikasi) masalah yang untuk dilakukan penelitian dan dicari
jawabannya. Baik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergatung ketajaman dan
kemandirian (kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan.
Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih
cukup: (1) esensial menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah
yang ada, (2) urgen/ mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila dipecahkan.
Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/ teridentifikasi dapat
dikelompokkan menjadi lima, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru,
hasil belajar (output) dan hasil
belajar jangka panjang (outcome).
Walaupun dari proses identifikasi masalah telah berhasil ditemukan satu
masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk menjadikannya
sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, likasi penelitian, sumber
data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku
sumber yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah
terpenuhi maka suatu fokus masalah dapat dijadikan sebagai masalah penelitian
untuk dicari jawabanya.[8]
Banyaknya
masalah penelitian yang sering ditemukan, seringkali membuat seorang peneliti
harus memilih masalah penelitian yang paling layak diantara beberapa masalah
tersebut. Hal yang penting dijadikan pegangan dalam masalah penelitian ini
adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu
sendiri.
Sebelum
memilih masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitia.
Untuk menetukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu
menanyakan pada diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut:[9]
a.
Apakah topik tersebut dapat
dijangkaunya/ dikuasainya(Manageble topic)?
b. Apakah bahan-bahan atau data-data tersedia dengan cukup (obtainable data)?
c. Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?
d. Apakah topk tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji (interented topic)?
Setelah
topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang
sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah
penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti meliputi:[10]
a. Masalah masih baru
“Baru”
dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh
orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia
usaha yang dilakukan, sebelum mencantumkan masalah, peneliti harus banyak
membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang
penelitian terkini.
b. Aktual
Aktual
berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat.
c. Praktis
Masalah
penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil
penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan
atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.
d. Memadai
Masalah
penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga
tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang
kurang jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah peneliian yang
terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.
e. Sesuai dengan kemampuan peneliti
Seseorang
yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan
kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak hasil penelitiannya kurang
dapat dipertanggung jawabkan dari segi ilmiah 9akademis) maupun praktis.
f. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
Masalah-masalah
yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang maupun adat
istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam
pelaksanaan penelitiannya nanti.
g. Ada yang mendukung
Setiap
penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan
darimana biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah-masalah penelitian
yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansi-instansi pendukung, baik
pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan
beberapa pertimbangan tersebut, sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian,
maka peneliti harus menjawab beberapa pertanyaan beriku agar yang diteliti
layak dan relevan:
a.
Apakah masalah yang akan diteliti
merupakan masalah yang sedang hangat di dalam masyarakat saat ini?
b. Apakah masalah tersebut benar-benar ada di dalam masyarakat?
c. Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah peserta didik atau masyarakat
merasakan masalah tersebut?
d. Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompok tertentu, misalnya peserta
didik, orang tua atau lembaga pendidikan?
e. Apakah masalah tersebut berhubungan
dengan masalah sosial, kesehatan atau ekonomi yang luas?
f. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan kreativitas program yang sedang
berjalan?
g. Siapa lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut?[11]
Dengan
beberapa pertimbangan dan pertanyaan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan
masalah penelitian yang layak dan relevan, sehingga masalah penelitian
memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.
Suatu masalah yang dipilih, menurut Tuckman kutipan
Setyosari Punaji harus memiliki ciri-ciri khusus (karakteristik) sebagai
berikut:[12]
a.
Masalah
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Masalah sebaiknya
mencerminkan hubungan dua variabel atau lebih, karena pada praktiknya peneliti
akan mengkaji
pengaruh satu variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Misalnya, seorang
peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya pengaruh”gaya kepemimpinan kepala
sekolah” (variabel satu) terhadap “kinerja guru” (variabel dua). Jika seorang
peneliti hanya menggunakan satu variabel dalam merumuskan masalahnya, maka yang
bersangkutan hanya melakukan studi deskriptif, misalnya “Gaya kepemimpinan
kepala sekolah di SMA X”. Peneliti dalam hal ini hanya akan melakukan studi
terhadap gaya kepemimpinan yang ada tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain
baik yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan tersebut.
Contoh lain: Hubungan antara motivasi guru dan
prestasi kerja. Motivasi: variabel satu; prestasi kerja variabel dua.
b.
Masalah
dinyatakan atau dirumuskan secara jelas, tidak bermakna ganda, dan dalam bentuk
kalimat tanya. Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda
atau memungkinkan adanya tafsiran lebih dari satu dan dirumuskan dalam kalimat
tanya.
Contoh:
Judul Penelitian”
1.
Apakah ada
hubungan antara promosi dengan jumlah pendaftaran murid baru?
2.
Apakah status
sekolah mempengaruhi minat orang tua murid?
3.
Apakah desain
produk handphone mempengaruhi
keputusan membeli konsumen?
4.
Apakah ada
hubungan antara minat baca dengan tingginya indeks prestasi?
Contoh-contoh diatas mencerminkan rumusan masalah
yang jelas dan tidak bermakna ganda. Pada contoh “1” peneliti ingin mengkaji
hubungan variabel dengan variabel. Pada contoh “2” peneliti ingin melakukan
studi tentang hubungan variabel “status sekolah dengan variabel minat orang tua
murid. Pada contoh “3” peneliti akan mengkaji hubungan antara variabel “desain
produk handphone” dengan variabel
“keputusan membeli”. Pada contoh “4” peneliti akan mengkaji hubungan antar
variabel “minat baca” dengan “indeks prestasi”. Variabel-variabel yang dicakup
dalam rumusan masalah itu merupakan suatu petunjuk yang paling baik dalam
pengujiannya.
c.
Dapat diuji
secara empiris
Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya
perumusan masalah yang dibuat memungkinkan peneliti mencari data di lapangan
sebagai sarana pembuktiannya. Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk
membuktikan bahwa masalah yang sedang dikaji dapat dijawab jika peneliti
melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan kata lain masalah memerlukan
jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti mengumpulkan data di lapangan dan
jawaban masalah merupakan hasil penelitian.
d.
Hindari
penilain moral atau etika
Sebaiknya peneliti menghindari masalah-masalah yang
berkaitan dengan idealisme atau nilai-nilai, karena masalah tersebut lebih
sulit diukur dibandingkan dengan masalah yang berhubungan dengan sikap atau
kinerja. Misalnya kita akan mengalami kesulitan dalam mengukur masalah-masalah
seperti berikut ini:
·
Haruskah semua
siswa tidak mencontek dalam ujian?
·
Haruskah semua
siswa rajin dalam belajar?
Akan
lebih baik kalau masalah tersebut dijadikan dalam bentuk seperti:
·
Hubungan
antara kesiapan ujian dan nilai yang diraih
·
Pengaruh
kerajinan siswa terhadap tingkat kelulusan
Salah
satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah denga melakukan
proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada
akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti.[13]
Dari manakah masalah penelitian itu bisa diperoleh?
Dengan kata lain, manakah sumber-sumber yang daripadanya bisa diangkat atau
ditarik sesuatu masalah yang tepat untuk diteliti?
Diantara sumber-sumber dimaksud adalah:
a.
Fenomena
pendidikan di ruang-ruang di sekolah dan di masyarakat
Di ruang-ruang kuliah, di sekolah, dan di
masyarakat sebetulnya banyak fenomena kependidikan yang tepat diangkat menjadi
masalah penelitian. Itulah gudang sumber masalah, tentu saja bagi mereka yang
jeli, penuh imajinasi, serta kuat rasa ingin tahunya. Masalah-masalah yang
menarik dan menggoda, misalnya: Dalam keadaan bagaimanakah sesuatu metode
mengajar itu efektif? Bagaimana pendapat para guru mengenai model silabut atau
rencana pembelajaran? Bagaimanakah cara belajar siswa aktif di sekolah?
Bagaimanakah pendapat orang tua mengenai pendidikan seks? Faktor-faktor luar
manakah yang mempengaruhi tingkah laku belajar pelajar dan mahasiswa? Bagaimana
realita yang dapat dipertahankan antara peserta didik, aturan, dan sistem dalam
dunia pendidikan? Dari contoh-contoh diatas, nyata sekali bahwa ada banyak
masalah menarik yang bisa diangkat dari pengalaman dan lingkungan terdekat
mahasiswa atau kita para pendidik. Bagi para pemula di kerja penelitian,
barangkali lebih baik memilih masalah-masalah yang lebih dekat dengan
pengalaman dan lingkungannya, ketimbang memilih masalah-masalah yang relatif
jauh dari jangkauannya.
b.
Perubahan
teknologi dan pengembangan kurikulum
Selamanya membawa berbagai problem baru dan
kesempatan baru bagi suatu kerja penelitian. Sekarang ini, lebih dari
sebelumnya, inovasi-inovasi pendidikan telah ikut memajukan pengelolaan kelas,
bahan dan prosedur belajar, dan penggunaan alat-alat dan perlengkapan teknik.
Inovasi-inovasi tadi, seperti pengajaran melalaui TV, pengajaran berprograma,
pendidikan melalui permainan, konsep-konsep dan pendekatan baru dari sesuatu
mata pelajaran, penggunaan jadwal yang fleksibel, pelaksaan sistem kredit,
modul dan sebagainya, kesemuanya perlu dievaluasi secara teliti melalui
penelitian (proses penelitian).
c.
Pengalaman-pengalaman akademis itu sendiri
Seharusnya bisa menstimulir sikap bertanya terhadap
berbagai praktik pendidikan yang berlau luas di masyarakat. Sikap bertaya
dimaksud, juga seharusnya efektif di dalam pengembangan pengenalan terhadap
masalah.
d.
Berkonsultasi dengan dosen-dosen pengajar, kepala
sekolah, atau pengelola lembaga pendidikan (struktural/horizontal).[14]
Menurut Yatim Riyanto, yang termasuk sumber masalah
adalah:
1.
Bacaan
Jurnal-jurnal penelitian merupakan laporan hasil-hasil penelitian yang
dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya
mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan
penelitian tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua
masalah yang ada, karena keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya
penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang
bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan
terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan
yang menyangkut dimensi ipoleksosbudhankam atau bacaan yang tulisan yang dimuat
di media cetak.
2.
Pertemuan ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui
pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi, lokakarya, konferensi dan
sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang
memerlukan jawaban melalui penelitian.
3.
Pernyataan Pemegang Kekuasaan (otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas
cenderung menjadi figur yang dianut oleh orang-orang yang ada di bawahnya.
Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas disini dapat bersifat formal
dan non formal. Misalnya, pernyataan Mendikbud entang redahnya kualitas lulusan
SMA, rendahnya angka lulusan sekolah kejuruan yang tidak terserap oleh lapangan
pekerjaan dan sebagainya. Ini merupakan contoh pernyataan yang disampaikan oleh
pemegang otoritas formal yang dapat dijadikan sumber masalah. Sedangkan yang
non formal misalnya pernyataan yang diungkap oleh tokoh masyarakat pedesaan
tentang rendahnya para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang
lebih tinggi.
4.
Pengamatan
(observasi)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang
sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas
ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat memahirkan suatu masalah
(sumber masalah).
Misalnya: seorang pendidik menemukan masalah
dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam PBM. Seorang ahli
pertanian, menemukan masalahnya melalui pengamatan terhadap keadaan tanaman
padi di sawah yang sedang kekeringan.
5.
Wawancara dan
Penyebaran Kuesioner
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai
sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang
dihadapi masyarakat tersebut. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada
masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan
masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk
mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk
meyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6.
Pengalaman
Pengalaman memang dapat dikatakan sebagai guru
yang paling baik. Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu
selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang
diperolehnya sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber masalah
yang dapat dijawab melalui penelitian. Misalnya pengalaman seorang mahasiswa
semasa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pedesaan. Mereka menemukan
beberapa masalah di daerah miskin, misalnya masalah rendahnya tingkat
pendidikan atau banyak anak lulusan SD tidak melanjutkan ke SLTP atau masalah
lain seperti rendahnya produktifitas pertanian di daerah terpencil.
7.
Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah.
Masalah penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang
tidak terencanakan. Misalnya pada saat mau tidur, pada saat habis sembahyang,
pada saat di kamar kecil dan lain sebagainya.
Ketujuh faktor diatas dapat saling mempengaruhi
dalam melahirkan suatu masalah penelitian, dapat uga berdiri sendiri dalam
menelorkan suatu masalah.[15]
Jadi untuk mengidentifikasi masalah dapat melalui
sumber-sumber masalah diatas. Sumber-sumber masalah tersebut dapat saling
berinteraksi dalam menelorkan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu
sumber saja. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar: Faktor-faktor yang menjadi sumber masalah[16]
Bentuk-bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam
bentuk masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.
a.
Permasalahan
Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahn
yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam
penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel
yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian
semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang populer dalam bidang bisnis.
Contoh rumusan masalah deskriptif adalah:
1.
Seberapa
tinggi prestasi peserta didik di suatu lembaga pendidikan?
2.
Seberapa baik
interaksi peserta didik di sekolah A?
3.
Bagaimana
sikap masyarakat terhadap adanya program-program sekolah yang menelan biaya
mahal?
4.
Seberapa
tinggi efektifitas kerja pegawai dengan sistem yang ditetapkan?
5.
Seberapa
banyakjumlah out put/ out come, dan feed back dari sekolah?
Dan beberapa contoh diatas terlihat bahwa setiap
pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri
(bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif).
Peneliti yang bermaksud menegtahui potensi,
kemampuan orangtua, terhadap sekolah tertentu adalah contoh penelitian
deskriptrif.
b.
Permasalahan
Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan
penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif:
1.
Adakah
perbedaan produktifitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan Swasta? (satu
variabel pada 3 sampel).
2.
Adakah
kesamaan cara promosi antara sekolah A dan B?
3.
Adakah
perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai Swasta Nasional, dan
lembaga asing (dua variabel, pada dua sample).
4.
Adakah
perbedaan kenyamanan sekolah di tempat A dan B menurut berbagai kelompok
masyarakat?
5.
Adakah
perbedaan kemampuan peserta didik yang berasal dari kot, desa, dan pegunungan
(satu variabel pada 3 sampel)?
6.
Adakah
perbedaan prestasi antara peserta didik yang orangtuanya mampu dan sebaliknya?
7.
Adakah
perbedaan kualitas manajemen antara sekolah swasta dan sekolah negeri?
c.
Permasalahan
Asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah suatu pernyataan
penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau terdapat tiga bentuk
hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
interaktif/reprocal/timbal balik.
1)
Hubungan
Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara
dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan
kausal maupun interaktif, contoh rumusan masa lalunya adalah sebagai berikut:
a)
Adakah
hubungan antara disiplin dengan kinerja di suatu lembaga?
b)
Adakah
hubungan antara banyaknya siswa di sekolah A dengan tingkat prestasinya?
c)
Adakah
hubungan antara sering kegiatan ekstrakurikuler dengan prestasi belajar?
d)
Adakah
hubungan antara banyaknya lembaga bimbingan dengan kemampuan daya pikir peserta
didik?
Contoh
judul penelitiannya:
a)
Hubungan
antara banyaknya lembaga bimbingan dengan kemampuan daya pikir peserta didik.
b)
Hubungan
antara kegiatan ekstra dengan prestasi belajar.
2)
Hubungan
Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat
sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi)
dan dependent (dipengaruhi).
Contoh
rumusan masalhnya:
a)
Adakah
pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b)
Seberapa besar
pengaruh kepemimpinan manajer terhadap iklim kerja sekolah?
c)
Seberapa besar
pengaruh tata ruang sekolah terhadap jumlah peminat?
d)
Seberapa erat
pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai?
Contoh
judul penelitiannya:
a)
Pengaruh
intensif terhadap disiplin kerja karyawan di sekolah X.
b)
Hubungan
interaktif reciprocal/ timbal balik.
c)
Pengaruh gaya
kepemimpinan dan tata ruang kantor tehadap efisiensi kerja disekolah A. Contoh
pertama dengan satu variabel (independent)
dan contoh kedua dengan 2 variabel independent.
3)
Hubungan
Interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel independent dan dependent,
contohnya:
a) Hubungan
antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b) Hubungan
antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian
juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.[17]
[2] Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Surabaya, Unesa University Press, 2007) hal 1.
[3] Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2012) hal 29.
[4] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Komperensi dan Praktiknya, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hal 21.
[5] Setyosari Punaji, Metode
Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010) hal 53.
[6] Sukardi, Metodologi ................., hal 21.
[7] Sekaran Uma, Metode penelitian untuk Bisnis (buku I) (Edisi IV), (Jakarta:
Salemba Empat, 2006), hal 23.
[8] Hadi Sutrisno, Metode Researh I, (Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi, 2010),
hal 43.
[9] Narbuko dan Achmadi, Metodologi Penelitian Edisi I, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002) hal
27.
[10] Notoadmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Asli
Mahasatya, 2002), hal 16.
[11] http://www.referensimakalah.com/2011/10/menemukan-masalah-rumusan-masalah
di akses, Selasa, 1 April 2014 pukul 15.00
[13] Ibid, hal 57.
[14] http://alfiyah90.wordpress.com/2011/08/27/memahami-dan-menemukan-masalah-penelitian
di akses Rabu, 2 April 2014 Pukul 13.00
[16] http://jollydaud.blogspot.com/2013/08/masalah-penelitian
diakses Selasa, 1 April 2014 pukul 15.00
[17] Djojosuroto
dan Trijnato. Metodologi Penelitian ilmiah( Yogyakarta:
Graha Cendekia,2010), 45-46
0 komentar:
Posting Komentar