FOTO KEGIATAN

FOTO KEGIATAN
documentasi

Mengenai Saya

Minggu, 17 Desember 2017

MAKALAH FAKTOR PENUNJANG INTELEKTUAL ANAK

MAKALAH FAKTOR PENUNJANG INTELEKTUAL ANAK

BAB II

     .    Teori perkembangan kognitif “ Jean Piaget”
            Jean Piaget adalah seorang ahli biologi dan psikolog yang mempunyai kontribusi besar dalam pemahaman terhadap perkembangan intelektual anak. Dalam rangka memahami proses dan tingkat perkembangan intelektual anak ini Piaget telah melakukan observasi bertahun-tahun sejak tahun 1920-an terhadap perkembangan intelektual yang terjadi pada anak-anak. Ia mulai melakukan observasi dan interview pada tiga orang anaknya, kemudian pada anak-anak lain dan para remaja melalui berbagai pemberian tugas intelektual, kemudian mencatat jawaban-jawaban yang diperolehnya. Melalui penelitian yang ekstensif akhirnya secara detail Piaget dapat menggambarkan teori proses perkembangan intelektual yang terjadi pada anak mulai dari bayi sampai remaja.[1]     

    Dalam perkembangan intelektual ada tiga aspek yang diteliti oleh Piaget, yaitu struktur, isi (content) dan fungsi.
1. Struktur
    Untuk sampai pada pengertian struktur diperlukan struktur pengertian yang erat hubungannya dengan struktur, yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat, bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembang berpikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan (action) menuju pada perkembangan operasi-operasi, dan operasi-operasi selanjutnya menuju pada perkembangan sturktur-struktur.
    Operasi-operasi mempunyai empat ciri-ciri. Pertama, operasi-operasi merupakan tindakan-tindakan yang terinternalisasi; ini berarti tindakan-tindakan itu baik merupakan tindakan mental maupun tindakan fisik, tanpa ada garis pemisah antara kedua tindakan itu. Kedua, operasi-operasi itu oversibel. Misalnya, menambah dan mengurangi merupakan operasi yang sama yang dilakukan dengan arah yang berlawanan : 2 dapat ditambahkan pada 1 untuk memperoleh 3 atau 1 dapat dikurangi dari 3 untuk memperoleh 2. Ketiga, operasi-operasi itu selalu tetap, walaupun selalu terjadi transformasi atau perubahan. Ciri yang keempat ialah tidak ada operasi yang berdiri sendiri.
    Suatu operasi selalu berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi. Misalnya operasi penambahan-pengurangan berhubungan dengan operasi-operasi klasifikasi, pengurutan, dan konservasi bilangan. Operasi-operasi itu saling membutuhkan. Jadi, operasi-operasi itu adalah tindakan-tindakan mental yang terinternalisasi, reversibel, tetap dan terintegrasi dengan struktur-struktur dan operasi-operasi lainnya. Struktur-struktur yang juga disebut skemata-skemata merupakan organisasi-organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi-operasi.
Menurut Piaget, struktur-struktur intelektual terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Struktur-struktur yang terbentuk lebih memudahkan individu itu menghadapi tuntutan-tuntutan yang makin meningkat dari lingkungannya.
2. Isi
    Aspek kedua yang menjadi perhatian Piaget adalah aspek isi. Yang dimaksudkan dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
    Antara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam penelitiannya tertuju pada isi pikiran anak, misalnya perubahan dalam kemampuan penalaran semenjak kecil sekali hingga besar, konsepsi anak tentang alam sekitarnya, yaitu pohon-pohon, matahri, bulan, dan konsepsi anak tentang beberapa peristiwa alam, seperti bergeraknya awan dan sungai. Sesudah tahun 1930 perhatian penelitian Piaget lebih dalam. Dari skripsi pikiran-pikiran anak ia beralih pada analisis proses-proses dasar yang melandasi dan menentukan isi itu.
3. Fungsi
    Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi.
    Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mesistematikkan atau mengorganisasi prose-proses fisik atau proses-proses psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan atau berstruktur-struktur. Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah adaptasi. Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkunagn mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya. Dalam proses akomodasi seorang memerlukan modifikasi struktur-sturktur mental yang ada dalam mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya.[2]

1).Prinsip Perkembangan Intelektual  
Prinsip-prinsip teori perkembangan intelektual adalah sebagai berikut :
a. Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme proses perkembangan individu, mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu yang dewaa yang mampu berbalar dan berpikir menggunakan hipotesis.
b. Perkembangan genetika dalam organisme tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan dan tidak terjadi karena perubahan lingkungan, tetapi sangat dipengaruhi oleh proses interaksi anatara organisme dengan lingkungan.
c. Kecerdasan adalah proses adapatasi dengan lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.
d. Hasil perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir oprasi formal
e. Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan dengan berbagai macam cara.
f.   Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses pengaturan diri ( ekulibrium).[3]
2). Proses Perkembangan Intelektual
            Proses belajar berhubungan dengan proses perkembangan intelektual. Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equalibrasi ( Penyeimbangan) 
            Asimilasi, adalah proses perpaduan anatara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Persyaratan penting untuk terjadinya asimilasi ialah struktur internal yang menggunakan informasi baru.
            Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi khusus yang berupa objek atau kejadian yang baru. Dalam proses akomodasi ini seseorang memerlukan modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan. Asimilasi dan akomodasi berfungsi bersama-sama dalam menghadapi lingkungan ( beradaptasi) pada semua tingkat fungsi intelek. Misalnya bila bayi sudah tahu bahwa ia dapat menggengam setiap benda yang dilihatnya. Namun bila benda itu besar, diperlukan akomodasi (penyesuaian) untuk dapat menggenggam benda tersebut, misalnya dengan menggunakan kedua tangannya. Begitu sebaliknya, bila ia menggenggam benda yang lebih kecil. .Jadi apabila ia menyadari bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian lingkungan, ia akan mengorganisasikan cara berpikir sebelumya. Reorganisasi inilah yang akan mengorganisasikan cara berpikir yang lebih tinggi.
            Ekuilibrasi adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang dan berubah sementara untuk menjadi lebih mantap/seimbang. Equlibrasi bukan keseimbangan dalam hal kekuatan melainkan merupakan proses yang dinamis yang secara terus-menerus mengatur tingkah. Proses ekuilibrasi ini disebut juga proses penyeimbangan antara “dunia luar” dengan “ dunia dalam” . Tanpa proses ini perkembangan intelektual seseorang akan tersendat-sendat atau akan berlangsung secara tidak seimbang.[4]

1.Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
Contohnya: Diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi menarik yang sama.
2.   Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
Operasi adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi – operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Contohnya: anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan bahasa , anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa disadari.
3.  Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam menjadi bertambah.
4.      Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung. Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung.[5]
D. Faktor-Faktor Penunjang Intelektual Anak
1). Faktor Kedewasaan
Kematangan atau kedewasaan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis, proses pertumbuhan tubuh, sel-sel otak, sistem saraf dan manifestasi lainnya yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Kematangan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan intelektual. Hal ini ditunjukkan oleh hasil beberapa penelitian yang membuktikan adanya perbedaan rata-rata usia anak pada tahap perkembangan yang sama pada satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda. Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya mempengaruhi perkembangan kognitif.  Dalam hal pada anak. Dengan pertumbuhan sel-sel otak saraf dan yang lainnya mampu membuat anak menangkap berbagai pengetahuan baru yang di dapatkan di sekolah dan lingkungan sosialnya. Unsur biologis ini cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan inteligensi seseorang. Kematangan fisik seseorang juga mempunyai pengaruh pada perkembangan inteligensinya. Misalnya: Pada saat anak belum dapat berjalan, sehingga anak tersebut akan sulit dan terbatas dalam berkontak dengan alam sekitar. Sehingga pemikirannya dan skema yang ia miliki belum banyak berkembang.[6]
2). Faktor Pengalaman Fisik.
Pengalaman fisik adalah tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksi sifat – sifatnya.contohnya: pengalaman melihat dan mengamati anjing akan membantu mengabstraksi sifat – sifat anjing yang pada tahap selanjutnya membantu pemikiran orang itu tentang anjing. Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstrak berbagai sifat fisik dari benda-benda. Bila seorang anak menjatuhkan sebuah benda dan menemukan bahwa benda itu pecah, atau bila ia menempatkan benda itu dalam air kemudian melihat bahwa benda itu terapung, maka ia sudah terlibat dalam proses abstraksi, yaitu abstraksi sederhana atau abstraksi empiris. Pengalaman ini disebutr pengalaman fisik untuk membedakannya dari pengalaman logiko-matematik, tetapi secara paradoks pengalaman fisik ini selalu melibatkan asimilasi pada struktur-struktur logiko-matematik. Pengalaman fisik ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak, sebab observasi benda-benda serta sifat-sifat benda-benda itu menolong timbulnya pikiran yang lebih kompleks.[7]
3). Faktor Logika Matamatik
Pengalaman matematis-logis, kecerdasan matematis logis sering disebut juga sebagai kemampuan berpikir secara ilmiah. Kemampuan ini terkait dengan kemampuan dalam menerapkan proses berpikir induktif dan deduktif. Pengalaman matematis ini memungkinkan seseorang terampil melakukan hitungan,mengemukakan proposisidan hipotesis, serta melakukan operasi matematis yang bersifat kompleks terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan – tindakan terhadap objek itu. Contohnya: pengalaman menjumlahkan atau mengurangkan benda akan membantu pemikiran anak akan operasi benda itu. Aktifitas pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan jenis ini adalah mengenal simbol atau lambang, bisa berupa huruf atau angka, menyusun obyek secara sistematis, dan membuat pola(patterns). Bila seorang anak mengamati benda-benda, selain pengalaman fisik ada pula pengalaman lain yang diperoleh anak itu, yaitu waktu ia membangun atau mengkonstruk hubungan-hubungan antara objek-objek. Sebagai contoh misalnya, anak yang sedang menghitung berapa kelereng yang dimilikinya, dan ia menemukan “sepuluh” kelereng. Konsep “sepuluh” bukannya suatu sifat dari kelereng- kelereng itu, melainkan suatu konstruksi dari pikiran anak itu. Pengalaman dari konstruksi itu dan konstruksi-konstruksi yang lain yang serupa disebut pengalaman logiko-matematik, untuk membedakannya dari pengalaman fisik. Proses konstruksi biasanya disebut abstraksi reflektif. Piaget membuat perbedaan penting antara abstraksi reflektif dan abstraksi empiris. Dalam abstraksi empiris, anak memperhatikan sifat tertentu dari benda dan tidak mengindahkan hal-hal lain. Misalnya waktu ia mengabstrak warna dari suatu benda, ia sama sekali tidak memperhatikan sifat-sifat yang lain, seperti massa dan dari bahan apa benda itu terbuat. Sebaliknya, abstraksi reflektif melibatkan pembentukan hubungan-hubungan antara benda-benda. Hubungan itu, seperti konsep “sepuluh” yang telah dikemukakan di atas, tidak terdapat pada kelereng yang manapun, atau di mana saja di alam nyata ini. “sepuluh” itu hanya terdapat dalam kepala anak yang sedang menghitung kelereng-kelereng itu. Mungkin lebih baik digunakan istilah abstraksi konstruktif dari pada istilah abstraksi reflektif, sebab istilah itu menunjukkan bahwa abstraks itu merupakan suatu konstruksi sungguh-sungguh oleh pikiran.[8]
4). Faktor Transmisi Sosial
 Trasmiasi sosial adalah proses interaksi anak dengan lingkungan sosialnya atau  hubungan antara anak dengan orang lain di masyarakat. Kemampuan anakuntuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan orang lain. Pengetahuan yang diperoleh anak dari pengalaman fisik diabstraksi dari benda-benda fisik. Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Dalam interaksi sosial dan transmisi, pengetahuan itu datang dari orang lain baik itu dari orangtuanya maupun masyarakat sekitarnya. Namun, menurut Piaget meskipun interaksi sosial itu sangat penting dalam pengembangan pemikiran seseorang, tindakan interaksi sosial itu tidaklah efektif bila tidak ada tindakan aktif dari anak sendiri. Pemikiran dan pengetahuan anak kurang berkembang pesat apabila anak itu sendiri tidak secara aktif mengolah, mencerna, dan mengambil makna. Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Dalam hal pengalaman logiko-matematik, pengetahuan dari tindakan-tindakan anak terhadap benda-benda itu. Karakteristik anak yang memiliki kemampuan sosialmampu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal yang baik dan juga senang berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial yang dimiliki oleh anak akan berkembang melalui kegiatan pembelajaran seperti berkolaborasi, berkomunikasi, dan latihan berempati kepada orang lain.  Dalam transmisi sosial, pengetahuan itu datang dari orang lain. Pengaruh bahasa, instruksi formal, dan membaca, begitu pula interaksi dengan teman-teman dan orang-orang dewasa termasuk faktor transmisi sosial, dan memegang peranan dalam perkembangan intelektual anak.[9]
5). Faktor Pengaturan Diri
Pengaturan-sendiri atau equilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan (disequilibrium). Equilibrasi merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat-tingkat berfungsi kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi, tingkat demi tingkat. Ekuilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode ketidaksetimbangan melalui asimilasi dan akomodasi. . Ekuilibrasi ini sering juga disebut dengan motivasi dasar seseorang yang memungkinnya selalu berusaha memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Menurut Piaget  struktur kognitif terbentuk karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah menyaring atau mendapatkan pengalaman – pengalaman baru ke dalam skema. Misalnya seorang anak mempunyai konsep mengenai “lembu”. Dalam pemikiran anak itu, ada skema “lembu”. Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat. Berwarna putih dan makan rumput.
Dimana pengertian Skema yaitu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungannya. Misalnya Skema yang terjadi pada anak tersebut pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan makan rumput. Suatu saat, anak itu bertemu dengan dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain, dan tidak sedang makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang lain tersebut, anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi: lembu itu binatang berkaki empat, ada berwarna putih atau kelabu, makanannya rumput dan dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu menjadi bertambah lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangakan dan dilengkapi.
Akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali pengalaman pengalaman baru dengan jalan mengadakan modifikasi skema yang ada atau bahkan membentuk pengalaman yang benar – benar baru. Contohnya: seorang siswa telah memahami bahwa himpunan bilangan itu tetap saja sama, walaupun urutannya diubah. Kemudian siswa tersebut mengalami pengalaman baru tentang adanya bilangan kardinal dan ordinal, bulat dan pecahan. Walaupun ada tambah pengetahuan baru, struktur kognitifnya tetap yang ada tetap saja ada dan tidak berubah, artinya bahwa sifat bilangan itu tetap sama walaupun pengaturannya diubah.[10]

 =============================
FILE LENGKAP DISINI:
  1. BAB. I 
  2. BAB. II
  3. BAB. III
Atau baca Juga Makalah  PARADIGMA SOSIOLOGI

Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat dan dapat membantu.




[1] M. Dalyono,Psikologi Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal 121
[2] Jonh.W. Santrock,Psikologi  Pendidikan,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) hal 97
[3] Santrock, Psikologi….. hal 99
[4] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya,2010) hal 67
[5] Dalyono,Psikologi…..hal  98
[6] Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Dian Rakyat,2009) hal 56
[7] Dimyanti Mujiono,Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta,2002) hal 73
[8] Beny.A. Pribadi,Model Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Dian Rakyat,2009) hal 33
[9] Beny.A. Pribadi,Model Desain……. hal 37
[10] Dalyono,Psikologi….. hal 99

0 komentar:

Posting Komentar