MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Kegiatan Wisuda di MI Bandung Sukorejo Gandusari Trenggalek.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Kegiatan Upacara Bendera yang diadakan setiap hari Senin.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Belajar bersukur dengan kebersamaan.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Selamat bekerja anak anak laksanakan tugasmu sesuai fungsimu sebagai pelajar dan pembelajar, tak perlu risau tak perlu mencari kerjaan lain diluar tugas mu.

MI NURUL HUDA BANDUNG SUKOREJO

Semakin banyak belajar semakin banyak yang diingat dan semakin sedikit belajar semakin sedikit yang diingat, bukan semakin banyak belajar semakin banyak yang di lupakan dan semakin sedikit belajar semakin sedikit yang lupa, ngono yo ngono neng yo ojo ngono

Rabu, 27 Desember 2017

KADO INDAH LIBUR SEMESTER SATU TP 2017/2018 DARI MARDLOTILLAH

MARDLOTILLAH MI NURUL HUDA BANDUNG

Asalamu'alaikum wr.wb.
Selamat pagi dan selamat berlibur, semoga hari libur semester  satu tahun pelajaran 2017/2018 ini membawa kepuasan bagi kita semua, Aamiin.

"Kado Indah Libur Semester Satu TP 2017/2018 Dari Mardlotillah", terkait judul postingan di atas MI Nurul Huda Bandung menyampaikan banyak terimakasih kepada anak-anak peserta Drumband Mardlotillah yang telah mengikuti TRDC II ( Trenggalek Drumband Competition ) Piala Kapolres 2017 yang telah dilaksanakan tgl 23 dan 24  Desember kemarin di halaman kantor Polres Trenggalek.
Tak lupa juga ucapan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Guru pelatih Drumband Mardlotillah dan Bapak/Ibu Wali Murid yang telah mendukung kegiatan tersebut dan juga program-program Madrasah yang lain.

Mardlotillah merupakan salah satu kegiatan ekstra Drumband yang diadakan oleh MI Nurul Huda Bandung Sukorejo dalam upaya meningkatkan prestasi siswa dalam seni dan olah raga, kemapa seni dan olah raga...?  karena saat ini drumband sudah masuk dalam cabang olah raga bukan hanya seni.

MI Nurul Huda Bandung tahun 2017/2018 ini mencoba muncul dan tampil diajang TRDC II ( Trenggalek Drumband Competition ) piala Kapolres Trenggalek. namun walaupun baru pertama kali tampil dengan segala kekurangan yang dimiliki Mardlotillah tetap semangat dan percaya diri,
dan alkhamdulillah berkat kerja keras dan kedisiplinan dalam berlatih anak-anak dan kesabaran Bapak/Ibu Pembina membuahkan prestasi yang luar biasa.

Mardlotillah tgl 23 Desember 2017 kemarin  dalam devisi Konser Junior Non Brass berhasil membawa pulang kado Indah Libur Semester Satu TP 2017/2018 dengan membawa pulang 5 piala dengan Juara Konser Juara II.

Demikian "Kado Indah Libur Semester Satu TP 2017/2018 Dari Mardlotillah" yang dapat MI Nurul Huda Bandung Sukorejo bagikan. Selamat untuk anak-anak.

MI Nurul Huda Bandung
Berbagi itu indah.


Rabu, 20 Desember 2017

CONTOH PROPOSAL PENGADAAN RUANG PERPUSTAKAAN


Kop Lembaga

=======================================           



A.      LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) mengamanatkan bahwa Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai lembaga pendidikan dasar merupakan bagian dari sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.
Penyelenggaraan pendidikan melalui Madrasah Ibtidaiyah (MI) di berbagai daerah ternyata memiliki peranan penting dan terbukti banyak memberikan kontribusi dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas berlandaskan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Mengingat arti pentingnya peranan madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut, maka sudah sepatutnya MI ......................... tampil mempersiapkan generasi muda yang memiliki pengetahuan agama Islam dan ilmu pengetahuan umum.
Dalam rangka membantu pemerintah menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, maka MI ......................... merasa ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan program tersebut dan diimplementasikan melalui jalur pendidikan dasar yang disebut Madrasah Ibtidaiyah.
Selain dari pada itu, MI ......................... juga terletak di daerah yang mayoritas berpenduduk islam, sudah barang tentu penyelenggaraan pendidikan seperti ini sangat cocok dengan keadaan dan kultur masyarakat yang ada. Berangkat dari semua hal di atas itulah yang menjadi pemikiran penyusunan proposal permohonan dana Pembangunan Ruang Perpustakaan MI ......................... Desa ……….. Kecamatan ……… Kabupaten  …………..Provinsi ……………...
Adapun yang menjadi Dasar Hukum kegiatan ini adalah:
1.      Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.      Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3.      Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4.      Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
5.      Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dan segala perubahannya.
6.      Keputusan Mendiknas Nomor 44/U/2003 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Pengadaan Ruang Perpustakaan  MI ......................... Desa Sukorejo Kecamatan  Gandusari Kabupaten Trenggalek, yakni : Satu (1) Ruang  mencakup:
1.      Pekerjaan Dag
2.      Pekerjaan Slup 
3.      Pekerjaan Keramik Dinding
4.      Pekerjaan Pintu dan Jendela  
(profil lembaga terlampir)
C.        MAKSUD DAN TUJUAN
1.    Mencerdaskan bangsa dan mengembangkan peserta didik menjadi generasi yang beriman, berakhlaqul karimah, memiliki kemampuan dan keterampilan, sehingg diharapkan dapat mewujudkan kepribadian yang bertanggungjawab terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.  Agar kegiatan belajar mengajar menjadi dinamis dan kondusif, sesuai dengan harapan masyarakat.
3.       Meningkatkan pendidikan dan pengetahuan bagi anak-anak usia sekolah
4.    Meningkatkan fungsi dan peran Madrasah Ibtidaiyah dalam membentuk dan sumber daya manusia yang berkualitas.
5.   Memberi dan memperluas kesempatan kepada anak-anak usia sekolah untuk menikmati pendidikan islam melalui sarana dan fasilitas ruang belajar yang layak, sehingga akan terwujud generasi yang memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, menguasai teknologi, terampil,  disiplin, tanggung jawab, mandiri dan aqidah yang kuat serta berakhlak yang mulia.

Pelaksanaan Kegiatan  Pengadaan Ruang Perpustakaan MI .........................  adalah selama ……… hari (….. bulan) pada …………..(bln, th).
Langkah-langkah Kegiatan :
1.      Tahap Persiapan/Pembongkaran
2.      Tahap Pelaksanaan dan Pengawasan Pekerjaan
3.      Tahap Pemeriksaan Kualitas
4.      Tahap Pemeliharaan
Adapun panitia pembangunan Ruang Perpustakaan baru yang bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan pembangunan, keanggotaanya terdiri dari unsur pengurus, dewan guru, komite sekolah, wali murid dan tokoh masyarakat sekitar. Adapun penjelasan mengenai susunan panitia (terlampir).

(terlampir)

            Untuk terpenuhinya kebutuhan tersebut, kami buat rencana anggaran sebagai berikut dengan jumlah total anggaran Rp. 125,000,000,- (seratus dua puluh lima juta rupiah) (terlampir)

Demikian proposal ini kami susun dan kami ajukan dengan harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan Bapak, sehingga permohonan kami dapat dikabulkan dan akhirnya semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan bimbingan kepada kita semua.

========================================================
FILE LENGKAP LIHAT DISINI:

  1. SAMPUL 
  2. SURAT PENGANTAR
  3. KATA PENGANTAR
  4. PROPOSAL
  5. SURAT PERNYATAAN BELUM DIBANTU
  6. GAMBARAN UMUM
  7. GAMBAR PENDUKUNG 
  8. STRUKTUR ORGANISASI
  9. STRUKTUR KOMITE 
  10. SUSUNAN PANITIA
  11. RAB 1
  12. RAB II
Atau baca juga PANDUAN KERJA KEPPALA SEKOLAH

Demikian Contoh Proposal Pengadaan Ruang Perpustakaan  yang dapat MI Nurul Huda Bansung bagikan, semoga bermanfaat dan dapat membantu, dan perlu diketahui bahwa  Contoh Proposal Pengadaan Ruang Perpustakaan ini adalah sekedar contoh dan hanya kurang lebih seperti tersebut di atas.

Terimaksih atas kunjungannya.

Minggu, 17 Desember 2017

MAKALAH FAKTOR PENUNJANG INTELEKTUAL ANAK

MAKALAH FAKTOR PENUNJANG INTELEKTUAL ANAK

BAB II

     .    Teori perkembangan kognitif “ Jean Piaget”
            Jean Piaget adalah seorang ahli biologi dan psikolog yang mempunyai kontribusi besar dalam pemahaman terhadap perkembangan intelektual anak. Dalam rangka memahami proses dan tingkat perkembangan intelektual anak ini Piaget telah melakukan observasi bertahun-tahun sejak tahun 1920-an terhadap perkembangan intelektual yang terjadi pada anak-anak. Ia mulai melakukan observasi dan interview pada tiga orang anaknya, kemudian pada anak-anak lain dan para remaja melalui berbagai pemberian tugas intelektual, kemudian mencatat jawaban-jawaban yang diperolehnya. Melalui penelitian yang ekstensif akhirnya secara detail Piaget dapat menggambarkan teori proses perkembangan intelektual yang terjadi pada anak mulai dari bayi sampai remaja.[1]     

    Dalam perkembangan intelektual ada tiga aspek yang diteliti oleh Piaget, yaitu struktur, isi (content) dan fungsi.
1. Struktur
    Untuk sampai pada pengertian struktur diperlukan struktur pengertian yang erat hubungannya dengan struktur, yaitu pengertian operasi. Piaget berpendapat, bahwa ada hubungan fungsional antara tindakan fisik dan tindakan mental dan perkembang berpikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan (action) menuju pada perkembangan operasi-operasi, dan operasi-operasi selanjutnya menuju pada perkembangan sturktur-struktur.
    Operasi-operasi mempunyai empat ciri-ciri. Pertama, operasi-operasi merupakan tindakan-tindakan yang terinternalisasi; ini berarti tindakan-tindakan itu baik merupakan tindakan mental maupun tindakan fisik, tanpa ada garis pemisah antara kedua tindakan itu. Kedua, operasi-operasi itu oversibel. Misalnya, menambah dan mengurangi merupakan operasi yang sama yang dilakukan dengan arah yang berlawanan : 2 dapat ditambahkan pada 1 untuk memperoleh 3 atau 1 dapat dikurangi dari 3 untuk memperoleh 2. Ketiga, operasi-operasi itu selalu tetap, walaupun selalu terjadi transformasi atau perubahan. Ciri yang keempat ialah tidak ada operasi yang berdiri sendiri.
    Suatu operasi selalu berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi. Misalnya operasi penambahan-pengurangan berhubungan dengan operasi-operasi klasifikasi, pengurutan, dan konservasi bilangan. Operasi-operasi itu saling membutuhkan. Jadi, operasi-operasi itu adalah tindakan-tindakan mental yang terinternalisasi, reversibel, tetap dan terintegrasi dengan struktur-struktur dan operasi-operasi lainnya. Struktur-struktur yang juga disebut skemata-skemata merupakan organisasi-organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi-operasi.
Menurut Piaget, struktur-struktur intelektual terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Struktur-struktur yang terbentuk lebih memudahkan individu itu menghadapi tuntutan-tuntutan yang makin meningkat dari lingkungannya.
2. Isi
    Aspek kedua yang menjadi perhatian Piaget adalah aspek isi. Yang dimaksudkan dengan isi ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
    Antara tahun 1920 dan 1930 perhatian Piaget dalam penelitiannya tertuju pada isi pikiran anak, misalnya perubahan dalam kemampuan penalaran semenjak kecil sekali hingga besar, konsepsi anak tentang alam sekitarnya, yaitu pohon-pohon, matahri, bulan, dan konsepsi anak tentang beberapa peristiwa alam, seperti bergeraknya awan dan sungai. Sesudah tahun 1930 perhatian penelitian Piaget lebih dalam. Dari skripsi pikiran-pikiran anak ia beralih pada analisis proses-proses dasar yang melandasi dan menentukan isi itu.
3. Fungsi
    Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan-kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi.
    Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mesistematikkan atau mengorganisasi prose-proses fisik atau proses-proses psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan atau berstruktur-struktur. Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah adaptasi. Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkunagn mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya. Dalam proses akomodasi seorang memerlukan modifikasi struktur-sturktur mental yang ada dalam mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya.[2]

1).Prinsip Perkembangan Intelektual  
Prinsip-prinsip teori perkembangan intelektual adalah sebagai berikut :
a. Teori perkembangan intelektual bertujuan untuk menjelaskan mekanisme proses perkembangan individu, mulai dari masa bayi, anak-anak sampai menjadi individu yang dewaa yang mampu berbalar dan berpikir menggunakan hipotesis.
b. Perkembangan genetika dalam organisme tertentu tidak seluruhnya dipengaruhi oleh sifat-sifat keturunan dan tidak terjadi karena perubahan lingkungan, tetapi sangat dipengaruhi oleh proses interaksi anatara organisme dengan lingkungan.
c. Kecerdasan adalah proses adapatasi dengan lingkungan dan membentuk struktur kognitif yang diperlukan dalam mengadakan penyesuaian dengan lingkungannya.
d. Hasil perkembangan intelektual adalah kemampuan berpikir oprasi formal
e. Fungsi perkembangan intelektual adalah menghasilkan struktur kognitif yang kuat yang memungkinkan individu bertindak atas lingkungannya dengan luwes dan dengan berbagai macam cara.
f.   Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses pengaturan diri ( ekulibrium).[3]
2). Proses Perkembangan Intelektual
            Proses belajar berhubungan dengan proses perkembangan intelektual. Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual, yaitu asimilasi, akomodasi, dan equalibrasi ( Penyeimbangan) 
            Asimilasi, adalah proses perpaduan anatara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Dalam proses ini seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Persyaratan penting untuk terjadinya asimilasi ialah struktur internal yang menggunakan informasi baru.
            Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan ciri-ciri tertentu dari situasi khusus yang berupa objek atau kejadian yang baru. Dalam proses akomodasi ini seseorang memerlukan modifikasi struktur internal yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan. Asimilasi dan akomodasi berfungsi bersama-sama dalam menghadapi lingkungan ( beradaptasi) pada semua tingkat fungsi intelek. Misalnya bila bayi sudah tahu bahwa ia dapat menggengam setiap benda yang dilihatnya. Namun bila benda itu besar, diperlukan akomodasi (penyesuaian) untuk dapat menggenggam benda tersebut, misalnya dengan menggunakan kedua tangannya. Begitu sebaliknya, bila ia menggenggam benda yang lebih kecil. .Jadi apabila ia menyadari bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian lingkungan, ia akan mengorganisasikan cara berpikir sebelumya. Reorganisasi inilah yang akan mengorganisasikan cara berpikir yang lebih tinggi.
            Ekuilibrasi adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang dan berubah sementara untuk menjadi lebih mantap/seimbang. Equlibrasi bukan keseimbangan dalam hal kekuatan melainkan merupakan proses yang dinamis yang secara terus-menerus mengatur tingkah. Proses ekuilibrasi ini disebut juga proses penyeimbangan antara “dunia luar” dengan “ dunia dalam” . Tanpa proses ini perkembangan intelektual seseorang akan tersendat-sendat atau akan berlangsung secara tidak seimbang.[4]

1.Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
Contohnya: Diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi menarik yang sama.
2.   Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
Operasi adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi – operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Contohnya: anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan bahasa , anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan berbicara meskipun tanpa disadari.
3.  Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun hipotesis.
Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap sebelumnya, anak masih mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam menjadi bertambah.
4.      Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung. Tahap operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung.[5]
D. Faktor-Faktor Penunjang Intelektual Anak
1). Faktor Kedewasaan
Kematangan atau kedewasaan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis, proses pertumbuhan tubuh, sel-sel otak, sistem saraf dan manifestasi lainnya yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Kematangan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan intelektual. Hal ini ditunjukkan oleh hasil beberapa penelitian yang membuktikan adanya perbedaan rata-rata usia anak pada tahap perkembangan yang sama pada satu masyarakat dengan masyarakat lain yang berbeda. Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi fisik lainnya mempengaruhi perkembangan kognitif.  Dalam hal pada anak. Dengan pertumbuhan sel-sel otak saraf dan yang lainnya mampu membuat anak menangkap berbagai pengetahuan baru yang di dapatkan di sekolah dan lingkungan sosialnya. Unsur biologis ini cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan inteligensi seseorang. Kematangan fisik seseorang juga mempunyai pengaruh pada perkembangan inteligensinya. Misalnya: Pada saat anak belum dapat berjalan, sehingga anak tersebut akan sulit dan terbatas dalam berkontak dengan alam sekitar. Sehingga pemikirannya dan skema yang ia miliki belum banyak berkembang.[6]
2). Faktor Pengalaman Fisik.
Pengalaman fisik adalah tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi untuk mengabstraksi sifat – sifatnya.contohnya: pengalaman melihat dan mengamati anjing akan membantu mengabstraksi sifat – sifat anjing yang pada tahap selanjutnya membantu pemikiran orang itu tentang anjing. Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan anak untuk mengabstrak berbagai sifat fisik dari benda-benda. Bila seorang anak menjatuhkan sebuah benda dan menemukan bahwa benda itu pecah, atau bila ia menempatkan benda itu dalam air kemudian melihat bahwa benda itu terapung, maka ia sudah terlibat dalam proses abstraksi, yaitu abstraksi sederhana atau abstraksi empiris. Pengalaman ini disebutr pengalaman fisik untuk membedakannya dari pengalaman logiko-matematik, tetapi secara paradoks pengalaman fisik ini selalu melibatkan asimilasi pada struktur-struktur logiko-matematik. Pengalaman fisik ini meningkatkan kecepatan perkembangan anak, sebab observasi benda-benda serta sifat-sifat benda-benda itu menolong timbulnya pikiran yang lebih kompleks.[7]
3). Faktor Logika Matamatik
Pengalaman matematis-logis, kecerdasan matematis logis sering disebut juga sebagai kemampuan berpikir secara ilmiah. Kemampuan ini terkait dengan kemampuan dalam menerapkan proses berpikir induktif dan deduktif. Pengalaman matematis ini memungkinkan seseorang terampil melakukan hitungan,mengemukakan proposisidan hipotesis, serta melakukan operasi matematis yang bersifat kompleks terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan – tindakan terhadap objek itu. Contohnya: pengalaman menjumlahkan atau mengurangkan benda akan membantu pemikiran anak akan operasi benda itu. Aktifitas pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan jenis ini adalah mengenal simbol atau lambang, bisa berupa huruf atau angka, menyusun obyek secara sistematis, dan membuat pola(patterns). Bila seorang anak mengamati benda-benda, selain pengalaman fisik ada pula pengalaman lain yang diperoleh anak itu, yaitu waktu ia membangun atau mengkonstruk hubungan-hubungan antara objek-objek. Sebagai contoh misalnya, anak yang sedang menghitung berapa kelereng yang dimilikinya, dan ia menemukan “sepuluh” kelereng. Konsep “sepuluh” bukannya suatu sifat dari kelereng- kelereng itu, melainkan suatu konstruksi dari pikiran anak itu. Pengalaman dari konstruksi itu dan konstruksi-konstruksi yang lain yang serupa disebut pengalaman logiko-matematik, untuk membedakannya dari pengalaman fisik. Proses konstruksi biasanya disebut abstraksi reflektif. Piaget membuat perbedaan penting antara abstraksi reflektif dan abstraksi empiris. Dalam abstraksi empiris, anak memperhatikan sifat tertentu dari benda dan tidak mengindahkan hal-hal lain. Misalnya waktu ia mengabstrak warna dari suatu benda, ia sama sekali tidak memperhatikan sifat-sifat yang lain, seperti massa dan dari bahan apa benda itu terbuat. Sebaliknya, abstraksi reflektif melibatkan pembentukan hubungan-hubungan antara benda-benda. Hubungan itu, seperti konsep “sepuluh” yang telah dikemukakan di atas, tidak terdapat pada kelereng yang manapun, atau di mana saja di alam nyata ini. “sepuluh” itu hanya terdapat dalam kepala anak yang sedang menghitung kelereng-kelereng itu. Mungkin lebih baik digunakan istilah abstraksi konstruktif dari pada istilah abstraksi reflektif, sebab istilah itu menunjukkan bahwa abstraks itu merupakan suatu konstruksi sungguh-sungguh oleh pikiran.[8]
4). Faktor Transmisi Sosial
 Trasmiasi sosial adalah proses interaksi anak dengan lingkungan sosialnya atau  hubungan antara anak dengan orang lain di masyarakat. Kemampuan anakuntuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan orang lain. Pengetahuan yang diperoleh anak dari pengalaman fisik diabstraksi dari benda-benda fisik. Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Dalam interaksi sosial dan transmisi, pengetahuan itu datang dari orang lain baik itu dari orangtuanya maupun masyarakat sekitarnya. Namun, menurut Piaget meskipun interaksi sosial itu sangat penting dalam pengembangan pemikiran seseorang, tindakan interaksi sosial itu tidaklah efektif bila tidak ada tindakan aktif dari anak sendiri. Pemikiran dan pengetahuan anak kurang berkembang pesat apabila anak itu sendiri tidak secara aktif mengolah, mencerna, dan mengambil makna. Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Dalam hal pengalaman logiko-matematik, pengetahuan dari tindakan-tindakan anak terhadap benda-benda itu. Karakteristik anak yang memiliki kemampuan sosialmampu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal yang baik dan juga senang berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial yang dimiliki oleh anak akan berkembang melalui kegiatan pembelajaran seperti berkolaborasi, berkomunikasi, dan latihan berempati kepada orang lain.  Dalam transmisi sosial, pengetahuan itu datang dari orang lain. Pengaruh bahasa, instruksi formal, dan membaca, begitu pula interaksi dengan teman-teman dan orang-orang dewasa termasuk faktor transmisi sosial, dan memegang peranan dalam perkembangan intelektual anak.[9]
5). Faktor Pengaturan Diri
Pengaturan-sendiri atau equilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan (disequilibrium). Equilibrasi merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat-tingkat berfungsi kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi dan akomodasi, tingkat demi tingkat. Ekuilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode ketidaksetimbangan melalui asimilasi dan akomodasi. . Ekuilibrasi ini sering juga disebut dengan motivasi dasar seseorang yang memungkinnya selalu berusaha memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Menurut Piaget  struktur kognitif terbentuk karena proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah menyaring atau mendapatkan pengalaman – pengalaman baru ke dalam skema. Misalnya seorang anak mempunyai konsep mengenai “lembu”. Dalam pemikiran anak itu, ada skema “lembu”. Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat. Berwarna putih dan makan rumput.
Dimana pengertian Skema yaitu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungannya. Misalnya Skema yang terjadi pada anak tersebut pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan makan rumput. Suatu saat, anak itu bertemu dengan dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain, dan tidak sedang makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang lain tersebut, anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi: lembu itu binatang berkaki empat, ada berwarna putih atau kelabu, makanannya rumput dan dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu menjadi bertambah lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangakan dan dilengkapi.
Akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali pengalaman pengalaman baru dengan jalan mengadakan modifikasi skema yang ada atau bahkan membentuk pengalaman yang benar – benar baru. Contohnya: seorang siswa telah memahami bahwa himpunan bilangan itu tetap saja sama, walaupun urutannya diubah. Kemudian siswa tersebut mengalami pengalaman baru tentang adanya bilangan kardinal dan ordinal, bulat dan pecahan. Walaupun ada tambah pengetahuan baru, struktur kognitifnya tetap yang ada tetap saja ada dan tidak berubah, artinya bahwa sifat bilangan itu tetap sama walaupun pengaturannya diubah.[10]

 =============================
FILE LENGKAP DISINI:
  1. BAB. I 
  2. BAB. II
  3. BAB. III
Atau baca Juga Makalah  PARADIGMA SOSIOLOGI

Terimakasih atas kunjungannya, semoga bermanfaat dan dapat membantu.




[1] M. Dalyono,Psikologi Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal 121
[2] Jonh.W. Santrock,Psikologi  Pendidikan,( Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2008) hal 97
[3] Santrock, Psikologi….. hal 99
[4] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan ,( Bandung : Rosda Karya,2010) hal 67
[5] Dalyono,Psikologi…..hal  98
[6] Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,( Jakarta: Dian Rakyat,2009) hal 56
[7] Dimyanti Mujiono,Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: Rineka Cipta,2002) hal 73
[8] Beny.A. Pribadi,Model Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Dian Rakyat,2009) hal 33
[9] Beny.A. Pribadi,Model Desain……. hal 37
[10] Dalyono,Psikologi….. hal 99

Selasa, 12 Desember 2017

MAKALAH PENDIDIKAN KETRAMPILAN BERBAHASA

MAKALAH PENDIDIKAN KETRAMPILAN BERBAHASA


KETRAMPILAN BERBAHASA

PENDAHULUAN
BAB I

A.      Latar Belakang
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar.  Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar.  Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar[1]
Selanjutnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesatraan manusia Indonesia . serta disebutkan pula bahwa ruang lingkup pembelajaran Bahasa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu : mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.[2]
Dalam membuat sebuah bahan ajar seorang guru harus memperhatikan aspek-aspek penting yang dapat menunjang keberhasilan peserta didik untuk memahami materi. Selain itu seorang guru juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengembangan bahan ajar itu sendiri, sehingga bahan ajar tersebut sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan di capai oleh peserta didik.

1
 
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Tugas guru adalah menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,  penulis telah memilih dan menentukan rumusan masalah  dalam pembahasan makalah ini, adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1.                   Bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar ?
2.                   Bagaimanakah prinsip-prinsip bahan ajar ?
3.                   Bagaimanakah prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar ?

C.      Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah  ini adalah :
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar .
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah prinsip-prinsip bahan ajar .
3.      Untuk mengetahui bagaimanakah prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar .

 ==================================================================
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Sebagai yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran,  bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Ketiga penerapan prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut
a.       Prinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD [3]
Contoh:
KD 1.1 SMP Kelas IX Mengidentifikasi bangun-bangun yang sama dan sebangun (kongruen), maka pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan seharusnya “Syarat dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen), foto dan model berskala, syarat dua bangun yang sebangun, dan panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun (kongruen).
b.      Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Artinya ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.
                Contoh:


 Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian[4]
c.       Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Diantara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
a.       Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.
b.      Pengulangan akan memperkuat pemahaman.
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.
c.       Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.
d.      Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilanSeorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dan lain-lain.
e.       Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
f.       Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai    tujuan.
Dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.




B.     Prinsip-Prinsip Bahan Ajar untuk Guru
Dalam memilih, menentukan, menyusun, dan mengembangkan sumber atau bahan ajar, guru hendaknya memerhatikan beberapa prinsip sebagai berikut[5]
1      Menimbulkan minat baca.
Bahan ajar yang baik seyogyanya dirancang dan dikemas sedemikian rupa untuk dapat menarik dan menimbulkan minat baca bagi para siswa. Bahan dan sumber ajar yang paling banyak digunakan sekarang ini adalah yang berbentuk bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet. Bentuk bahan ajar seperti ini tentu saja ditujukan dan diperuntukan untuk dibaca siswa. Namun, keberadaan sumber belajar ini kerap kali tidak menarik minat siswa untuk membaca dan menggali informasi yang berada di dalamnya. Hal ini bisa jadi karena sumber belajar tersebut ditampilkan secara asal-asalan, miskin informasi, dan pengayaan semisal gambar atau ilustrasi yang menarik, atau mungkin juga sumber atau bahan ajar yang disajikan terlalu rumit, sukar, dan monoton. Hal ini semestinya menjadi perhatian guru untuk benar-benar dapat memilih, menentukan, menyusun, dan mengembangkan sumber dan bahan ajar yang mampu menarik minat baca siswa, sehingga materi-materi pelajaran yang terdapat di dalamnya dapat dengan mudah dibaca dan dipahami siswa[6]
2      Ditulis dan dirancang untuk siswa.
Guru harus paham benar bahwa sumber dan bahan ajar yang disusun adalah benar-benar ditujukan dan diperuntukan bagi siswa. Oleh karena itu guru harus benar-benar pandai memilah dan menyeleksi bahan-bahan dan sumber-sumber belajar yang benar-benar sesuai dengan tingkat kompetensi dan pemahaman siswa. Bahan ajar harus dipilih sesuai dengan motivasi siswa. Motivasi dalam hal ini menyangkut minat, apresiasi, aspirasi dan ambisi. Kesemuanya memengaruhi proses belajar mereka. Oleh karenanya, pemahaman yang baik tentang motivasi akan menjadi fondasi bagi guru dalam menentukan materi dan metode ajar yang menarik minat siswa.


4      Menjelaskan tujuan instruksional.
Sumber dan bahan ajar yang baik harus dapat menjelaskan tujuan instruksional yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Artinya sumber dan bahan ajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau memenuhi apa-apa yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu. Sumber dan bahan ajar yang digunakan guru setidaknya mengisyaratkan pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
5      Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
Sumber atau bahan ajar yang baik hendaknya bisa mengakomodir semua pola belajar siswa. Masing-masing siswa adalah sebuah individu yang unik yang memiliki karakter yang berbeda, termasuk dalam gaya dan pola belajarnya. Sumber atau bahan belajar yang baik hendaknya juga mempertimbangkan hal tersebut. Materi, konsep, informasi, kegiatan dan ragam latihan yang tertuang dalam sumber atau bahan ajar hendaknya dikemas sedemikian rupa dengan memadukan berbagai pola belajar yang fleksibel, seperti penugasan individu, kelompok, kolaborasi, dan lain sebagainya.
6      Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi yang akan dicapai.
Sumber atau bahan ajar harus benar-benar terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan siswa serta tingkat kompetensi yang akan dicapai. Dengan kata lain, sumber atau bahan ajar harus dapat menjawab analisis kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran dan memerhatikan benar setiap kompetensi yang telah ditentukan dan akan dicapai dalam setiap proses pembelajarannya.
7       Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih.
Sumber atau bahan ajar tidaklah semata hanya berisi segudang informasi yang menjelaskan dan memaparkan fakta dan konsep belaka. Oleh karena itu, sumber atau bahan ajar yang baik hendaknya dapat mengakomodir kebutuhan siswa untuk berlatih dan melakukan kegiatan pembelajaran lain melalui sumber atau materi yang ada dalam bahan ajar.  Berbagai tugas, kegiatan, dan latihan harus termaktub dalam bahan ajar. Akan tetapi perlu diperhatikan juga bentuk-bentuk tagihan dan tugas serta latihan yang terdapat dalam bahan ajar tersebut. Jangan sampai kegiatan dan latihan yang diberikan menjadikan anak atau siswa menjadi enggan untuk berlatih dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilannya[7]

C.     Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Dalam pemilihan bahan ajar dibagi menjadi 5 macam :
1.      Pemilihan Bahan Ajar Cetak
Secara umum, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar cetak yaitu kita harus memperhatikan informasi yang terkandung didalamnya, apakah sesuai dengan bahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik atau tidak dan jangan sampai bahan ajar yang kita pilih terkandung materi yang kurang sesuai dengan materi yang seharusnya menjadi menu peserta didik dalam mencapai kompetensinya.
1.      Pemilihan Handout
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar handout adalah sebagai berikut:
a)      Substansi materi yang disajikan harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)      Materi memberikan penjelasan secara lengkap.
c)      Padat pengetahuan
d)     Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e)      Kalimat yang disajikan singkat dan jelas
f)       Dapat diambil dari buku atau hasil download dari internet.
2.     Pemilihan Buku Teks Pelajaran
a)      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasi oleh peserta didik.
b)    Materi dalam buku lengkap, paling tidak mampu memberikan penjelasan secara lengkap.
c)     Padat pengetahuan dan jelas secara keilmuan.
d)     Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e)     Kalimat yang disajikan singkat dan jelas
f)    Penampilan fisik bukunya menarik atau menimbulkan motivasi untuk membaca.
2.      Pemilihan Bahan Ajar Non Cetak (Model/ Maket)
Adapun beberapa pertimbangan dalam memilih model / maket sebagai bahan ajar antara lain: memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan dan memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan bobotnya juga tidak terlalu berat, sehingga dapat dipindahkan oleh satu orang.[8]
3.      Pemilihan Bahan Ajar Audio
a)      Substansi materi yang disajikan dalam radio/kaset harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)      Program radio yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c)      Direkam terlebih dahulu, agar dapat didengar dengan jelas.
d)     Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
e)      Beberapa radio siaran menyediakan program pendidikan.
4.      Pemilihan Bahan Ajar Audio Visual
a)      Substansi materi yang disajikan dalam video atau film harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)      Alur cerita yang ada merupakan sajian yang menarik dan diturunkan dari standar kompetensi/kompetensi dasar dalam kurikulum.
c)      Ditampilkan dalam satu cerita yang menarik, sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajarinya.
d)     Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e)      Durasinya tidak terlalu lama, paling lama 20 menit.
f)       Pilih video/film yang sesuai, misalnya tentang dokumentasi, situasi diskusi, atau suatu percobaan.
5.      Pemilihan Bahan Ajar Multimedia Interaktif
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar interaktif, antara lain:
a)      Substansi materi yang disajikan dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b)      Program interaktif yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c)      Disajikan dalam bentuk disket atau CD.
d)     Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
e)      Penyajiannya menarik.

=================================================================
BAB III dan seterusnya silahkan klik tautan di bawah ini


Demikian semoga bermanfaat dan terimakasih atas kunjungannya.


[1] Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, 2008, 3
[2] PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20
[3] Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Yogyakarta: Diva Press, 2014, 12

[4] Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar..., 12
[5] https://www.academia.edu/7858577/Analisis_Bahan_Ajar_Bahasa_Indonesia_untuk_MTs_2013
[6] https://www.academia.edu...
[7] http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/03/prinsip-pengembangan-bahan-ajar.html
[8] http://maulanikmatul.blogspot.com...