PROPOSAL PENELITIAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU NON PNS
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN
DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU NON PNS
(Studi Multi Kasus di MTs Plus Raden Paku Trenggalek dan
MTs As Syafi’iyah Pogalan Trenggalek)
Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari pendanaan. Karena sumber
daya pendidikan yang satu ini dianggap sangat penting. Bahkan sebagian besar
lembaga pendidikan merasa sangat sulit untuk mengembangkan lembaganya tanpa
adanya dana.
Permasalahan yang terjadi didalam lembaga terkait dengan manajemen keuangan
pada pendidikan antara lain sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang
serampangan, tidak sesuai dengan rencana strategis lembaga pendidikan.
Fakta
lain yang terjadi pada lembaga pendidikan saat ini adalah anggaran dari pemerintah sebesar 20% teranya masih
sangat kurang. Buktinya, hampir semua sekolah mengadakan pungutan kepada
siswa.Jumlah pungutannya beragam, ada yang ringan, ada pula yang luar biasa
besar.
Pungutan-pungutan tersebut terkadang
dibuat oleh pihak sekolah dan pengurus komite.Biasanya, pengurus komite sudah berkoordinasi dengan pengurus sekolah, sebelum melaksanakan pertemuan
wali murid.Pengurus komite juga mendapatkan honor bulanan dari
sekolah, dan anehnya, honor kerap membuat para pengurus komite menjadi
kehilangan daya kritisnya.
Semestinya, pengurus komite bisa bersikap
kritis, sehingga dana yang dibebankan kepada siswa bisa diperingan dengan cara
menghilangkan pengeluaran-pengeluaran yang tidak diperlukan, dan memangkas pengeluaran-pengeluaran
yang gendut.
Bantuan
Operasional Sekolah adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis
pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana
BOS.
Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) merupakan pengembangan lebih lajut dari Program
Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang Pendidikan, yang dilaksanakan pemerintah
pada kurun 1998-2003, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM yang
dilaksanakan dalam kurun 2003-2005. BOS dimaksudkan sebagai subsidi biaya
operasional sekolah kepada semua peserta didik wajib belajar, yang untuk tahun
2009 jumlahnya mencapai 26.866.992 siswa sekolah dasar, yang disalurkan melalui
satuan pendidikan. Dengan Program BOS, satuan pendidikan diharapkan tidak
lagi memungut biaya operasional sekolah kepada peserta didik, terutama mereka
yang miskin. BOS disalurkan ke semua satuan pendidikan yang menyelenggarakan
program wajib belajar 9 tahun, baik negeri maupun swasta serta satuan
pendidikan lainnya yang sederajat untuk membiayai kegiatan-kegiatan pendidikan.
Melalui
Program BOS ini, pendapatan sekolah meningkat secara signifikan. Jumlah ini
akan terus membesar seiring dengan upaya pemerintah (pusat maupun daerah) untuk
terus meningkatkan anggaran pendidikan hingga mencapai 20% dari APBN/APBD,
sebagaimana digariskan oleh Undang-undang Dasar.
Pendapatan
ini masih akan bertambah lagi dari peningkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam pembiayaan sekolah/pendidikan. Sebagai ujung tombak
pelaksanaan program pendidikan dasar sembilan tahun, sekolah/madrasah harus
menanggapi upaya pemerintah ini secara positif.Agar penyelenggaraan program
pendidikan dasar ini dapat benar-benar direalisasikan, baik dari jumlah maupun
mutu.Sekolah harus mampu menghasilkan lulusan yang memenuhi syarat kompetensi
tingkat pendidikan berikutnya. Sekolah juga harus memperbaiki proses belajar
mengajar, termasuk peningkatan manajemen di ruang kelas. Sekolah harus pula
menyediakan, mengembangkan, mengelola dan mengerahkan sarana dan prasarana
pendidikan dan sumber daya lain secara lebih baik. Lebih jauh lagi, sekolah
harus bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mewujudkan hal tersebut di
atas. Untuk ini semua tindakan sekolah harus akuntabel dan transparan agar
sekolah dapat memperoleh kepercayaan dari semua pihak.
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Bukan PNS
adalah PTK yang sudah melaksanakan tugas pada satuan pendidikan baik yang
diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun penyelenggara pendidikan
yang sudah mempunyai Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama baik untuk
jalur pendidikan formal maupun non formal.Sedangkan Guru Bukan PNS adalah guru
dalam jabatan yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang
diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupunpenyelenggara pendidikan
yang sudah mempunyai Perjanjian Kerja atau kesepakatan Kerja Bersama.
Pertambahan
tenaga guru Bukan PNS semakin lama semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor,yaitu:Semakin meningkatnya minat masyarakat untuk menjadi guru
PNS melalui guru bukan PNS (tenaga honorer) karena kesejahteraan guru PNS
setelah lulus sertifikasi cukup besar. Adanya kesempatan bagi kepala sekolah
untuk membiayai tambahan guru honorer melalui dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). Namun dengan anggaran dari pemerintah sebesar 20% untuk pendidikan,
apabila diikuti dengan meningkatnya jumlah guru non PNS pada lembaga pendidikan
dirasa kurang mencukupi dalam pembayaran honor guru, dan ini dapat berpengaruh
pada kinerja guru serta mutu pendidikan.
Dengan
otonomi yang lebih besar memang sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar
dalam mengelola sekolahnya sehingga sekolah lebih mandiri. Dengan kemandiriannya sekolah lebih berdaya dalam
mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi
yang dimiliki.Namun, kemandirian sekolah harus didukung dengan kemandirian
dalam menggali sumber daya keuangan dan mengelolanya secara mandiri.
Sumber keuangan semestinya tidak harusterpaku pada dana Bantuan
Operasional Sekolah, tetapi bisa
diusahakan dengan jalan lain, semisal membuat koperasi sekolah, atau usaha
mandiri lainnya.
Melihat
problematika tentang manajemen keuangan pada lembaga pendidikan yang terjadi
saat ini, kami rasa perihal ini sangat menarik dan penting untuk diteliti
karena pada penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang membahas tentang
implementasi manajemen keuangan pada lembaga pendidikan dalam peningkatan
kinerja guru non PNS.
B.
Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Pada
penelitian ini, peneliti akan menfokuskan pada fungsi-fungsi dari manajemen
keuangan yaitu kegiatan utama dalam penggalian dana dan penggunaan dana yang
diperoleh lembaga pendidikan.
Adapun
pertanyaan yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana manajemen keuangan lembaga untukmendapatkan
dana selain dari dana operasional sekolah ?
2.
Bagaimana
perencanaan manajemen keuangan lembaga dalam meningkatkan
kinerja guru non PNS ?
3.
Bagaimana
implementasi keuangan lembaga dalam
meningkatkan kinerja guru non PNS ?
4.
Bagaimana
pengawasan keuangan lembaga dalam meningkatkan kinerja guru non PNS?
5.
Bagaimana
evaluasi keuangan lembaga dalam meningkatkan kinerja guru non PNS ?
C.
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tentunya memiliki tujuan yang sangat
jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk
mengetahui manajemen keuangan lembaga untuk mendapatkan dana selain dari dana
operasional sekolah ?
2. Untuk
mengetahui perencanaan manajemen keuangan
lembaga dalam meningkatkan kinerja guru non PNS ?
3. Untuk
mengetahui implementasi keuangan lembaga dalam meningkatkan kinerja
guru non PNS ?
4. Untuk
mengetahui pengawasan keuangan lembaga dalam
meningkatkan kinerja guru non PNS?
5. Untuk
mengetahui evaluasi keuangan lembaga dalam
meningkatkan kinerja guru non PNS ?
D.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan
penelitian ini dapat dapat dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara teoritis
dan kegunaan secara praktis.
1. Kegunaan
secara teoritis
Dari
penelitian ini diharapkan akanmemperkaya
khasanahkeilmuanmanajemen
keuangan, dalam hal ini yang terkait dengan. Implementasi pengelolaan dana
pendidkan dalam kontek meningkatkan
kinerja guru non PNS. Sebagaimana menjadi fokus penelitian ini
merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji apakah sebuah teori mampu
diimplementasikan secara tepat di lapangan. Dalam kerangka ini, kegunaan
teoritis penelitian ini adalah penguatan pada dimensi keilmuan manajemen
keuangan, khususnya fungsi-fungsi
dari manajemen keuangan di lembaga pendidikan.
2. Kegunaan
secara praktis.
a.
Bagi Lembaga
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentangpengelolaan dana
pendidikan terutama dalam mengimplementasikannya pada lembaga pendidikan Madrasah
Tsanawiyah sehingga dapat dijadikan acuan para
penyelenggara dan pengelola dana pendidikan
agar dapat merealisasikan pengelolaan dana pendidikan selanjutnya kearah yang lebih baik.
b.
Bagi Peneliti yang akan datang
Penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya dan penambahan wawasan tentang
pengelolaan dana pendidikan dalam kontek peningkatan kinerja guru non PNS di lembaga pendidikan.
c. Bagi Perpustakaan
Pascasarjana IAIN Tulungagung
Penelitian ini secara
praktis bisa memberikan kontribusi yang positif
bagi perpustakaan IAIN Tulungagung untuk menambah teori yang dihasilkan
oleh mahasiswa pascasarjana, sehingga dapat menambah koleksi dan referensi
penelitian dalam bidang pengelolaan dana pendidikan dalam kontek peningkatan kinerja guru non PNS di lembaga
pendidikan.
E.
Penegasan Istilah
1.
Secara Konseptual
a. Implementasi mengandung makna kegiatan
berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi sebuah
penyesuaian apabila itu diperlukan.
b. Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap
fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang
harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu.
Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan dana dan mendapatkan dana.[1]
c. Kinerja hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tuganya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.[2]
d.
Guru Non PNS adalah tenaga personalia yang bertugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada sekolah formal yang diangkat oleh yayasan swasta penyelenggara pendidikan.
2. Secara
Operasional
Maksud dari judul Implementasi Manajemen Keuangan dalam
Peningkatan Kinerja Guru Non PNS adalah penerapan fungsi-fungsi dari manajemen
keuangan antara lain : perencanaan, implementasi (pelaksanaan), pengawasan dan
evaluasi keuangan pada lembaga pendidikan pada MTs Plus Raden Paku Trenggalek
dan Mts As-Syafi’iyah Pogalan Trenggalek.
F. Kajian Pustaka
1.
Implementasi
Manajemen Keuangan
Prinsipnya pengelolaan keuangan pada lembaga pendidikan dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, penyelenggara dan satuan pendidikan yang didirikan oleh
masyarakat. Secara umum dalam pelaksanaanya harus mencerminkan prinsip-prinsisp
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Menurut Hartono dikemukakan bahwa:
Mengelola keuangan dimulai dari perencanaan
dalam bentuk budget sekolah ( rencana
kegiatan, rencana biaya dan rencana hasil),koordinasi antara pihak-pihak
terkait secara vertikal dan horisontal, pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
struktur, urutan budget dan kondisi pasar, serta pengendalian kegiatan sekolah
dengan berdasarkan pada budget sekolah.[3]
Fungsi
keuangan dalam banyak organisasi berperan sebagai unit penunjang.[4]
Dalam organisasi sekolah, fungsi uang atau dana diantaranya sebagai penunjang
lancarnya kegiatan utama yaitu melakukan proses pendidikan dan pengajaran.
Apalagi dalam era persaingan seperti sekarang ini, perubahan dan inovasi
menjadi suatu tuntutan. Sehingga bisa dimengerti jika fungsi manajemen keuangan
menjadi begitu penting.
Menurut
Syaiful Sagala dikemukakan bahwa:”Jika pembiayaan pendidikan tidak terpenuhi,
paling tidak sesuai dengan kebutuhan minimal, secara nasional akan ditemukan
dampak berupa terjadinya erosi kualitas sehingga kontribusinya terhadap
pembangunan rendah.”[5]
Adapun
menurut Marno dan Triyo dikemukakan bahwa: ”Manajemen keuangan adalah suatu
pengelolaan atas fungsi-fungsi keuangan, yakni fungsi bagaimana pihak manajemen
mampu menghimpun dana (raising of funds) dan mengalokasikan (allocation
of funds) dana tersebut sehingga tujuan organisasi pendidikan tercapai
secara efektif dan efisien.[6]
Hal
ini juga didasari oleh kenyataan bahwa sekolah yang paling memahami akan
kebutuhannya sehingga desentralisasi pengalokasian dana pendidikan seharusnya
dilimpahkan kepada sekolah. Untuk itu dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah
memungkinkan sekolah berkewajiban menghimpun, mengelola dan mengalokasikan dana
pendidikan utuk mencapai tujuan sekolah.[7]
2.
Kinerja
Guru
a. Pengertian
kinerja guru
Dalam
dunia bisnis kinerjapada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau yang tidak
dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengarui seberapa banyak
mereka memberi kontribusi kepada organisasi.Perbaikan untuk kinerja individu
maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja
organisasi.[8]
Kinerja
yang dalam bahasa Inggris disebut dengan “performancy” berarti tampilan
kerja, unjuk kerja, ataupun wujud kerja.Kinerja merupakan hasil perkalian
antara motivasi, kemampuan dan tugas.[9]
Dengan motivasi yang tinggi, kemampuan yang memadahi dan pengaturan tugas yang
tepat akan berimplikasi pada terwujudnya kinerja yang tinggi, begitu juga
sebaliknya.
Masalah
kinerja selalu mendapat perhatian dalam manjemen karena sangat berkaitan dengan
produktivitas lembaga atau organisasi.“performance = Abillity x motivasion”.
Dan faktor-faktor utama yang mempengarui kinerja adalah kemampuan dan
kemauan.Memang diakui bahwa banyak orang mampu tetapi tidak mau sehingga tetap
tidak menghasilkan kinerja.Demikian pula halnya banyak orang mau tetapi tidak
mapu juga tetap tidak menghasilkan kinerja apa-apa. Kinerja adalah sesuatu yang
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja, dengan kata
lain bahwa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja. Henri Simamora
menyatakan bahwa prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu
pencapain persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat
tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun
kualitasinya.[10]Sedang
Hasibuan mendefinisikan prestasi kerja adalah suatu hasil karya yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.Prestasi
kerja merupakan gabungan tiga faktor penting yaitu, kemampuan dan minat seorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran
dan tingkat motivasi seorang pekerja.Semakin tinggi ketiga faktor diatas,
semakin besarlah prestasi kerja karyawan yang bersangkutan.[11]
Dari
pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila seorang pegawai
telah memiliki kemampuan dalam penguasaan bidang pekerjaannya, mempunyai minat
untuk melakukan pekerjaan tersebut, adanya kejelasan peran dan motivasi
pekerjaan yang baik, maka orang tersebut memiliki landasan yang kuat untuk
berprestasi lebih baik.
Jika kinerja adalah kuantitas dan kualitas
pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, maka kinerja merupakan outputpelaksaan
tugas. Kinerja mempunyai hubungan yang erat dengan masalah
produktivitas, karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha
untuk mencapai tingkat produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output)
dengan masukan (input).[12]
Manusia
yang terlibat dalam organisasi pada dasarnya memiliki tujuan sesuai dengan
jenis pekerjaannya yang harus diselarakan dengan tujuan organisasi. Kondisi
yang demikian ini merupakan suatu hal yang penting mengingat berkaitan dengan
mewujudkan efektifitas dan efisiensi organisasi, yang tentunya akan tercapai
apabila yang bersangkutan berkemauan dan berkemampuan mencurahkan semua potensi
dirinya, baik tenaga maupun pikirannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Prestasi
yang diperlihatkan sebagai seorang guru adalah aktifitas pembelajaran yang
dapat diamati. Sedangkan tugas-tugas atau pekerjaan harus sesuai dengan standar
yang harus dilakukan oleh guru yang mencakup persiapan, pelaksanaan, dan penilaian
proses dan hasil belajar. Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang
tidak mempunyai keahlian sebagai seorang guru.Dengan demikian, untuk menjadi
seorang guru seseorang harus mempunyai kemampuan yang berupa keterampilan dalam
melaksanakan pembelajaran. Agar dapat dilakukan dengan optimal, maka selain
memiliki keterampilan, seorang guru juga diharapkan mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa bisa optimal dan pada gilirannya akan berimbas pada kinerja guru
yang optimal.
Sebagai
salah satu faktor penentu kualitas pembelajaran, guru memang mempunyai pengaruh
yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena gurulah yang
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran didalam kelas, bahkan sebagai
penyelenggara pendidikan di sekolah. Diantara berbagai faktor yang menentukan
mutu pendidikan sepertiganya ditentukan oleh faktor guru.
Dengan
demikian, dari pendapat para ahli tersebut diatas,maka dapat disimpukan bahwa
yang maksud dengan kinerja guru atau prestasi kerja (performance) adalah
hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecepatan, pengalaman dan kesungguhan serta
waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik kuantitas maupun
kualitasnya. Guru yang mempunyai tingkat kinerja yang bagus maka dengan tidak
langsung meningkatkan prestasi belajar siswa yang bisa dinilai dengan
menggunakan evaluasi tes terhadap pelajaran yang dipelajari oleh siswa
tersebut.
b. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi kinerja guru
Pada
dasarnya terdapat faktor-faktor yang turut mempengarui kinerja yang diantaranya
yaitu kompetensi, kemampuan, kondisi fisik dan berbagai faktor lainnya yang
turut serta mempengarui kinerja seseorang. Seseorang yang mempunyai kondisi
fisik yang baik akan cenderung memiliki daya tahan yang baik sehingga pada
akhirnya akan terlihat dari tingkat gairah kerjanya yang meningkat dan
diimbangi dengan produktifitas yang tinggi. Selain hal tersebut, kemampuan
seseorang akan memainkan peran yang sangat penting dalam perannya di
organisasi.[13]
Kinerja
seseorang tidak bisa timbul dengan sendirinya, melainkan membutuhkan peranan
faktor-faktor yang turut serta mempengaruhinya. Selain adanya faktor usaha dan
kemampuan seseorang dalam rangka mendongkrak kinerjanya, terdapat faktor lain
yang tidak bisa dinafikan. Untuk mendongkak kinerja seseorang juga membutuhkan
adanya motivasi yang bisa berupa ganjaran yang merupakan salah satu jalan untuk
memuaskan kebutuhan.Demikian pula dengan kompetensi yang memang seharusnya
dimiliki oleh seseorang dalam rangka peningkatan kinerja. Kompetensi yang
merupakan kapasitas yang ditampilkan seseorang dalam berbagai cara, dan bila
dikaitkan dengan tugas maka kompetensi sebagai kinerja difokuskan pada
perilaku. Kompetensi yang mempunyai makna kecakapan, kemampuan, kompetensi atau
wewenang merupakan suatu kemampuan dalam melakukan tugas mengajar dan mendidik
yang diperoleh melalui pendidikan dan penelitian.[14]Kompetensi
juga merupakan bidang-bidang pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang
meningkatkan efektifitas seseorang dalam menghadapi dunia pekerjaan.Sementara
itu Diknas mendefinisikan kompetensi sebagai sebuah pengetahuan, ketrampilan,
dan nilai-nilai dasar yang kemudian direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam
pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.[15]
c. Penilaian
Kinerja Guru
Dalam
rangka penilaian kinerja guru maka dibutuhkan ketersediaan data yang akurat
mengenai sejumlah potensi yang dimiliki oleh guru sehingga bisa menghasilkan
data yang dianggap konsisten, terpercaya dan bisa diukur. Penilaian kinerja
sebagaimana yang diungkapkan oleh Hodgetts dan Kuratko yang menyatakan bahwa
terdapat lima karakteristik dasar sistem penilaian kinerja yang telah didesain
dengan baik. Adapun pemikiran kedua pakar tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut: pertama, berkaitan langsung dengan tugas orang tersebut dan
mengukur kemampuannya dalam melaksanakan tugas, kedua, lengkap, karena
mengukur semua aspek penting, ketiga, bersifat objektif, karena
benar-benar mengukur kinerja tugasnya, keempat, berdasarkan pada standar
kinerja yang diinginkan, dan kelima, didesain untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan seseorang dan selanjutnya menjelaskannya mengapa hal tersebut terjadi
dan bagaimana cara mengatasinya.[16]
Kriteria
yang harus ditetapkan dalam penilitian kinerja harus selaras dengan pekerjaan
sehingga bisa dilakukan analisis jabatn. Penilaian kinerja pada mulanya adalah
cara pengukuran individu dalam suatu instansi yang dilakukan terhadap suatu
organisasi. Penilaian terhadap kinerja guru merupakan suatu usaha dan upaya
yang bertujuan untuk mengetahui tingkatan kecakapan yang selayaknya dimiliki
oleh seorang guru yang juga terjkait dengan proses dan hasil pelaksaan
pekerjaan yang dilakukannya atas dasar kriteria tertentu. Kriteria yang biasa
digunakan dalam penilaian kinerja guru harus bersandar pada adanya suatu
keterkaitan dengan pekerjaannya.
Penilaian
kinerja bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan yang diantaranya adalah
kegiatan tahap proses dan tahap hasil yang selanjutnya dari kegiatan tersebut
bisa dibedakan lagi menjadi dua kriteria tujuan penilain, yaitu pertama,
tukuan evaluatif yang terkait dengan penentuan gaji, promosi, penurunan
pangkat, pemberhentian sementara, dan pemecatan pegawai, dan kedua,
tujuan pengembangan yang berkenaan dengan penelitian, umpan balik, pengembangan
karier pegawai dan pengembangan organisasi, perbaikan kinerja, prencaan, sumber
daya manusia, dan komunikasi.
Dalam
pelaksaannya, penelitian kinerja merupakan alat yang berguna yang tidak hanya
dijadikan alat evaluasi kerja guru,akan tetapi juga alat pengembangan dan bisa
memotivasi guru. Dalam penilaian tersebut, tidak hanya semata-mata menilai
hasil fisik saja, akan tetapi juga mencakup peaksaan pekerjaan secara
keseluruan yang menyangku berbagai bidang seperti, kemampuan, kerajinan,
disiplin, hubungan kerja, etos kerja, ketaatan pada atasan atau hal-hal khusus
yang terkait dengan bidang tugasnya.
Unsur
prestasi kerja yang dinilai dalam setiap organisasi tidaklah selalu sama. Akan
tetapi biasanya selalu mengacu pada hal-hal tersebut diatas. Demikian pula
untuk penilaian guru, unsur-unsur yang telah dipaparkan yang terkait dengan
profesi guru sebagai pengajar dan pendidik bisa dijadikan acuan landasan dalam lingkungan yang kosong. Mereka
merupakan bagian besar dari mesin pendidikan dan oleh karenanya mereka terikat
oleh rambu-rambu yang telah ditetapkan secara nasional terkait dengan apa yang
harus dilakukan.
Penilaian
mengenai kinerja sangat bermanfaat dan membantu perkembangan madrasah, yang
mana dengan penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi riil guru jika
dilihat dari kinerjanya sehingga pada akhirnya bisa dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan.Penilaian juga sangat membantu
terhadap pengenalan tugas supaya lebih baik lagi sehingga kegiatan belajar yang
dilaksanakan oleh guru bisa berjalan dengan efektif sehingga memungkinkan untuk
pengembangan prestasi belajar siswa. Penilaian lebih profesional sehingga pada
gilirannya akan berdamapak pada kuaitas peserta didik. Hal tersebut juga
menuntut adanya perubahan sikap dan perilaku demi mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan.
d. Indikator
penilaian kinerja guru
Keberhasilan
seorang guru dapat terlihat apabila yang bersangkutan telah mencapai kriteria
atau standar yang ditetapkan.Apabila kriteria atau standar yang ditetapkan
telah dicapai seorang guru maka guru tersebut secara tidak langsung juga telah
mencapai dan dianggap memiliki kualita kerja yang baik. Adapun kemampuan dan
standar yang harus dicapai oleh seorang guru adalah sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam pedoman Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009 tentang
Intrumen Penilaian Kinerja Sekolah, yang dalam hal ini juga terkait dengan
komponen penilaian kinerja tenaga pendidik.
Kinerja
merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka dipandang penting untuk
mengukur karakterirtik tenaga kerjanya.
Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling berkatan yakni
keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi eksternal.[17]Tingkat
keterampilan merupakan bahan mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja
seperti pengalaman, kemampuan, kecakapan-kecakapan antar pribadi serta
kecakapan tehknik.Upaya tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan
karyawan untuk menyalaesaikan tugas pekerjaaannya.Sedangkan kondisi eksternal
adalah tingkat sejauah mana kondisi eksternal mendukung produktivitas kerja.Sedangkan
Mulyasa mengemukakan empat kriteria kinerja yang dalam hal ini adalah
karakteristik individu, proses, hasil, dan kombinasi antara karakter individu,
proses, dan hasil.[18]
Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi:
(1) Unjuk kerja, (2) penguasaan materi, (3) penguasaan profesional keguruan dan
pendidikan, (4) penguasaan cara-cara penyesuaian diri, (5) Kepribadian untuk
melaksanakan tugas dengan baik.[19]
Dalam
penelitian ini standar atau kriteria yang digunakan adalah standar penilaian
kinerja yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang tertuang dalam pedoman
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009 yang menjelaskan tentang intrumen
penilaian kinerja sekolahdalam komponenik mencakup dua bidang, yaitu:[20]
1)
Unsur pengembangan pribadi yang memiliki
tiga aspek yaitu aspek aplikasi pengajaran, aspek kegiatan ektra kurikuler dan
aspek kualitas pribadi guru.
2)
Unsur pembelajaran, memiliki tiga aspek
yaitu aspek perencanaan, aspek pelaksaan, dan aspek evaluasi.
3)
Unsur sumber belajar yang dalam hal ini
memiliki dua aspek yaitu aspek ketersedian bahan ajar dan aspek pemanfaatan
sumber belajar.
Sedangkan
bidang non akademik memiliki satu unsur yaitu unsur kepribadian yang memiliki
tujuh aspek yaitu: kedisiplinan, etos kerja, kerja sama, inisiatif, tanggung
jawab, kejujuran, dan prestasi kerja. Indikator bidang akademik dari aspek
aplikasi pembelajaran yang variatif, dan menggunakan metode yang tepat dalam
pengajaran. Demikian juga aspek ekstra kurikuler terdiri dari tiga indikator
yaitu: aktif membina kegiatan ekstra kurikuler, memiliki jadwal yang teratur
dalam membina kegiatan ekstra kurikuler, dan menyusun laporan kegiatan ekstra
kurikuler. Dari aspek kualitas pribadi guru terdiri dari empat indikator yaitu:
sering mengikuti kegiatan seminar atau loka karya pendidikan, memiliki ijazah
minimal D-4 atau S-1, sering mengikuti diklat untuk peningkatan kemampuan dan
ketrerampilan dalam pengajaran serta menyusun karya tulis atau karya ilmiah
secara rutin.
Dalam
aspek perencaan pembelajaran terdiri dari lima indikator yaitu: memiliki
kurikulum yang berlaku, memiliki kalender pendidikan, memiliki program
semester, memiliki program tahunan, dan memiliki rencana pembelajaran. Dalam aspek pelaksaan
pembelajaran tepat waktu, memanfaatkan waktu pembelajaran dengan optimal,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berpendapat, menggunakan
suar yang jelas dan tegas dalam mengajar, melaksanakan pengelolaan kelas dengan
baik, dan melaksakan pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang sudah
disusun. Adapun aspek evaluasi terdapat empat indikator yaitu: memiliki
kemampuan menyusun alat evaluasi yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi
secara lengkap yang mencakup evaluasi awal, saat pembelajaran dan di akhir
pembelajaran, melaksakan analisis terhadap evaluasi yang dilaksanakan serta
memberikan remidial kepada siswa yang dianggap perlu.
Unsur
sumber belajar yang memiliki aspek ketersediaan bahan ajar terdiri dari tiga
indikator yaitu: memiliki buku pegangan utama yang utama yang sama seperti yang
dimilki siswa, memiliki buku penunjang yang mampu memperkaya materi
pembelajaran, dan memiliki daftar buku yang dapat digunakan untuk meperkaya
pengetahuan. Aspek pemanfaatan sumber belajar terdiri dari empay indikator
yaitu: guru mampu memanfaftkan media yang ada untuk pembelajaran, guru mampu
memanfaatka alat peraga yang ada, guru memiliki kemampuan unyuk membuat alat
peraga, memanfaatkan semua sumber belajar yang ada.
Pada
bidang non akademik unsur kepribadian dari aspek kedisiplinan terdiri dari
lima indikator yaitu: mentaati ketentuan
jam kerja, mentaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang
berwenang dengan sebaik-baiknya, bersikap sopan santun, mentaaati peraturan
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, memberikan pelayanaan terhadap
masyarakat dengan baik sesuai dengan bidang tugasnya. Sedangkan aspek etos
kerja terdiri dari dua indikator yaitu: semangat kerja yang tinggi dan
kreatifitas yang tinggi.[21]
Aspek
kerja sama terdiri dari empat indikator yaitu: dapat menyesuaiakan prndapatnya dengan orang lain, mengetahui
secara mendalam bidang rugas orang yang ada hubungannya dengan bidang sendiri,
menghargai pendapat orang lain dan mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain
menurut orang lain menurut waktu dan bidang yang sama. Sedangkan aspek
inisiatif terdiri dari tiga indikator yaitu: selalu berusaha memberikan saran
dan pandangannya baik dan berguna kepada atasan baik diminta atau tidak
diminta, tanpa petunjuk atau perintah atasan dalam melaksanakan tugas, dan berusaha
mencari tata cara kerja baru dalam mencapai daya sebesar-besarnya.
Aspek
tanggung jawab trdiri dari 6 indikator yaiti: selalu berada ditempat tugas
selama jam kerja, menyimpan dan memelihara dengan sebaik-baiknya barang
inventaris yang dipercayakan, tidak pernah melempar kesalahan yang dibuatnya,
menyelesaikan tugas dengan baik dan
tepat waktu, berani memikul resiko dari keputusan dan tindakan yang dilakukan,
mengutamakan kepentingan dinas dari pada kepentingan pribadi atau golongan.
Aspek kejujuran terdiri dari tiga indikator yaitu: melaksanakan tugas dengan
ikhlas, tidak menimbulkan kerugian terhadap lembaga, negara atau masyarakat,
hasil kerjanya dalaporkan kepada atasan. Dan yang terakhir aspek prestasi kerja
yang terdiri dari tujuh indikator yaitu: selalu melaksanakan tugas secara
berdaya guna berhasil guna, mempunyai pengalaman yang luas dibidang tugasnya,
mempunyai kecakapan dan menguasai segala seluk beluk di bidang tugasnya,
mempunyai ketrampilan yang cukup dalam melaksanakan tugas, bersungguh-sungguh melaksanakan tugasnya tanpa ada dorongan, hasil kerja yang dicapai
dalam arti mmutu maupun jumlah, dan tidak sering terganggu kesehatan jasmani
dalam pelaksaaan tugas.[22]
G.
Penelitian
Terdahulu
Untuk memperoleh informasi tentang implementasi manajemen keuangan
pendidikan dalam peningkatan kinerja guru non PNS dan untuk mengetahui masalah
apa saja yang belum diteliti dan atau
yang perlu dikembangkan, maka perlu dilakukan kajian pustaka dari
penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas masalah ini. Dari hasil kajian pustaka beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
1.
Tesis yang
ditulis Ahmad Mutohar dengan judul “Manajemen Keuangan Lembaga Pendidikan
Islam ( Studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Roudlotut Tholibin Bungo Wedung
Demak)”.[23]
Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Tulungagung, pada tahun 2008. Hasil penelitian yang diperoleh adalah
menjabarkan cara perencanaan dalam mengelola secara rinci keuangan lembaga
pendidikan agar nantinya dapat berguna bagi lembaga tersebut. Peneliti juga
membahas cara pengorganisasian keuangan contohnya dalam menajemen keuangan ada
bendahara kusus dan bendahara umum. Bendahara khusus mengelola BOS dan
kebutuhan yang kembali ke siswa, dan bendahara umum menangani tabungan siswa,
laba operasional dan keuangan siswa yang lain. Lembaga pendidikan tersebut juga
membentuk pengawasan dalam pengelolaan keuangan atau saling mengawasi.
2.
Tesis yang ditulis M. Abu Abdilah dengan judul Manajemen
Keuangan : Study Multi Kasus di MTs N Tunggangri Kalidawir dan MTs Darul Falah
Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung, pada tahun 2012. Masalah yang
menjadi penelitian ini adalah bagaimana perencanaan keuangan,bagaimana
pelaksanaan keuangan, bagaimana peneyelenggaraan pembukuan dan pelaporan,
bagaimana pelaksanaan pengawasan di MTs N Tunggangri Kalidawir dan MTs Darul
Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian ini adalah menajemen keuangan di MTs N Tunggangri
dan MTs Darul Falah Kulon Sumbergempol Tulungagung dilaksanakan dengan
perencanaan keuangan, pelaksanaan keuangan, penyelenggarakan pembukuan keuangan
dan penyampaian laporan serta pengawasan pelaksanaan anggaran.[24]
3.
Puji Astutik
dengan judul Manajemen Keuangan Pesantren Putri Al-Mawaddah Cpoer Jetis Ponorogo pada tahun 2008. Masalah
yang menjadi penelitian ini adalah bagaimana perencanaan keuangan,bagaimana
pengorganisasian keuangan, bagaimana penggerak keuangan, bagaimana control
keuangan yag dilakukan oleh Pesantren Putri Al-Mawaddah Cpoer Jetis
Ponorogo.Penelitian ini mengguanakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
ini adalah menjabarkan tentang aspek perencanaan terdapat dua (2) variabel
analisis yaitu penetapan tujuan Pesantren Putri Al-Mawaddah Cpoer Jetis
Ponorogo. Adapun kebijakan yang diambil guna mewujudkan setiap program yaitu
dengan usaha ekonomi mandiri.Aspek pengorganisasian. Semua usaha di Pesantren
Putri Al-Mawaddah Cpoer Jetis Ponorogo di bawah kordinator pengembang ekonomi
mandiri yayasan Al-Arham. Aspek penggerak dengan memberdayakan sumberdaya yang
ada secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek control yang
dilakukan Koordinator datang langsung ke lokasi usaha, Evaluasi bersama,
laporan pembukuan tiap bulan, internal audit yang bertugas mengaudit keuangan
di setiap unit usaha dan lembaga. Pesantren Putri Al-Mawaddah Cpoer Jetis
Ponorogo dengan standar kontrol yang diterapkan ada.[25]
4.
Tesis yang
ditulis Wijianto dengan judul” Manajemen Pembiayaan Pendidikan (Stsudy kasus
di Pondok Pesantran Perguruan Islam Salafiah Sanan Gondang Gandusari Blitar)”[26]Hasil
penelitian yang diperoleh adalah menjabarkan perencanaan pembiayaan pendidikan,
penyusunan anggaran pembiaayaan pendidikan, pengembangan rencana angaran
belanja, pelaksanaan pembiaayan, pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan di
Pondok Pesantran Perguruan Islam Salafiah Sanan Gondang Gandusari Blitar.
Peneliti menggunakan pendekata kualitatif
5.
Tesis yang
ditulis Ichsani dengan judul “Transparansi Manajemen Keuangan (Studi di
Ponndok Pesantren salaf dan modern Masyitoh di desa Bolo Wono Segoro,
Boyolali)”.[27]
Program Pascasarjana Manejemen Pendidikan STAIN Surakarta tahun 2008. Masalah
yang menjadi penelitian ini adalah penelitian menunjukkan bahwa manajemen
keuangan di pondok pesntren sudah transparan hal ini dapat dilihat dari
beberapa aspek yang mengarah kepada perwujudan transparansi meliputi
penyususnan anggaran, pembukuan keuangan dan evaluasi keunagn dan pertanggungjawaban.
Dari
berbagai penelitian diatas, masih memungkinkan peneliti untuk membahas dan
melakukan penelitian pada tema yang hampir sama namun dalam fokus yang berbeda.
Penelitian yang akan peneliti lakukan memiliki kesamaan variable dengan
penelitian di atas, diantaranya adalah mengenai manajemen keuangan. Sedang
perbedaannya terletak pada variabel pengelolaan keuangan dalam
peningkatan kinerja guru non PNS. Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada
melihat bagaimana pengelolaan dana pendidikan dalam kontek peningkatan kinerja
guru non PNS, sehingga
peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan yang
signifikan. Judul yang akan diteliti dalam penelitian ini pun betul-betul
berbeda dengan judul penelitian yang sudah ada. Selain itu lokasi penelitian
juga berbeda yang bertempat di MTs Plus Raden Paku Trenggalek
dan MTs As-Syafi’iyah Pogalan Trenggalek.
Atau baca juga : MAKALAH FAKTOR PENUNJANG INTELEKTUAL ANAK
[1]Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013), 256
[2]Bardawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional, (Jogjakarta
: Ar-Ruzz Media, 2014), 11
[4]Heru Sutoyo, Prinsisp-prinsip
Manajemen Keuangan, ( Jakarta: Salemba Empat, 1997), 7
[5]Syaiful Sagala, Administrasi
Pendidikan Kontemporer, ( Bandung: CV Alfabeta, 2008), 141
[6]Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, ( Bandung: PT Refika Aditma, 2008), 77
[7]Sri Minarti, Manajemen
Sekolah,( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011), 210
[8]Robert LL. Malthis & John H.
Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Salemba Empat, 2002),
78.
[9]Sondang P. Siagian, Kiat
Meningkatkan Produktifitas Kerja (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 40-41.
[10]Henri Simamora, Manajemen
Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: STIE YKPN, 1999), 423.
[11]Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen
Sumber .............................., 94.
[13]Sondang P. Siagian, Manajemen
Sumber ........................, 223.
[14]Piet A. Sahertian, Profil
Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), 53.
[15]Diknas/ Dirjen Dikdasmen/
Dirtepan, Standar Kompetensi Guru Menengah Atas (Jakarta: 2004), 3.
[16]Richard M. Hodgeets dan Donald F.
Kuratko, Management (San Diego: Harcourt Brave Jovanovich Publishers,
1988), 436.
[17]Sulistyorini, Hubungan antara
Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru,
28.
[18]Mulyasa, Manajemen Berbasis
Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),
67.
[19]Sulistyorini, Hubungan
..................................., 62- 70.
[20]Departemen Pendidikan Nasional, Instrumen
Penilaian Kinerja Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Dikdasmen,
2009), 20.
[23]Ahmad Mutohar “Manajemen
Keuangan Lembaga Pendidikan Islam (Studi kasus di Madrasah Stanawiyah Roudlotut
Tholibin Bungo Demak)” Tesis Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, Julii 2008.
[24]M. Ibnu Abdilah, Manajemen
Keuangan: Studi Multi Kasus di MTs N Tunggangri Kalidawirdan MTs Darul Falah
Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung, Tesis, (Tulungagung: PPs STAIN,
2012)
[25]Puji Astutik , Manajemen
Keuangan Pesantren Putri AL Mawaddah Coper Jetis,Tesis Program
Pascasarjana Progran Studi Pendidikan
Islam , Sekolah Tinggi Agama Islam Tulungagung, Agustus ,2008
[26]Wijianto” Manajemen Pembiayaan
Pendidikan (Studi kasus di pondok pesantren perguruan Islam Salafiyah Sanan
Gondang Gandusari Blitar).Tesis Program Pascasarjana Prodi Pendidikan Islam
STAIN Tulungagung, 2009
[27]Ichsani “Transparansi
Mnajemen Keuangan (Studi di Ponndok Pesantren salaf dan modern Masyitoh di desa
Bolo Wono Segoro, Boyolali)”.Tesis Program Pascasarjana Manjemen Pendidikan
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta , 2008
0 komentar:
Posting Komentar